Liputan6.com, Lisabon - Penyanyi Australia berdarah Indonesia dan aborijin Jessica Mauboy sejauh ini melaju sangat baik di kontes Eurovision.
Seperti dikutip dari Australia Plus, Minggu (13/5/2018), penyanyi berusia 28 tahun asal Darwin ini telah mendapatkan tempat di final Eurovision Song Contest yang ikonik di Portugal dengan membawakan lagu "We Got Love" di semifinal.
Baca Juga
Penyanyi dari Serbia, Moldova, Hungaria, Ukraina, Swedia, Norwegia, Denmark, Slovenia dan Belanda juga mengumpulkan cukup suara untuk melaju ke grand final hari Minggu.
Advertisement
Penggemar Mauboy - atau setidaknya mereka yang tidak menghindari semua berita tentang Eurovision sampai mereka dapat menonton siaran tunda - menyambut berita perwakilan Eurovision dari Australia telah maju ke tahap berikutnya.
Rusia, Georgia, Latvia, Malta, Montenegro, Polandia, Rumania, dan San Marino kehilangan tempat di final.
Pada penilaian Eurovision, setengah dari suara diberikan oleh juri profesional dan setengah lainnya dari penonton.
Perwakilan 43 negara mengambil bagian dalam kontes tahunan yang kali ini memasuki tahun ke-63.
Kontes tahun ini, yang diikuti gadis Australia keturunan Indonesia digelar di ibu kota Portugal, Lisabon karena kontestan Portugis, Salvador Sobral, memenangkan kontes tahun lalu di Kiev, Ukraina.
Â
Â
Saksikan juga video berikut ini:
Â
China Sensor Eurovision
Sebuah jaringan televisi utama China dilarang menyiarkan semifinal kedua dan grand final Eurovision, setelah dituduh menyensor bagian dari pertunjukan.
Penggemar Eurovision China yang menonton pertandingan semi final pertama di China Mango TV menjadi marah setelah lembaga penyiaran itu menghapus sepenuhnya pertunjukan perwakilan dua negara, dan mengaburkan bendera pelangi LGBT yang dilambaikan dari barisan penonton.
Lagu "Together" dari kontestan Irlandia Ryan O'Shaughnessy adalah salah satu dari yang dihapus dari siaran hari Rabu. Pertunjukan lagu cinta itu menampilkan dua penari pria dan menceritakan kisah hubungan romantis.
Otoritas penyiaran China melarang penggambaran hubungan sesama jenis di televisi pada tahun 2016, dan baru-baru ini memblokir program dengan penampil bertato sebagai bagian dari tindakan keras yang lebih luas pada "kevulgaran".
Mango TV adalah lembaga penyiaran online yang terhubung dengan Hunan Broadcasting System milik pemerintah, jaringan televisi terbesar kedua di China.
European Broadcasting Union (EBU), yang menyelenggarakan Eurovision dan memiliki pengaturan kemitraan dengan Mango TV, merespons dengan cepat terhadap penyensoran.
"Ini tidak sejalan dengan nilai-nilai universalitas dan inklusivitas EBU dan tradisi kebanggaan kami merayakan keragaman melalui musik," kata EBU dalam sebuah pernyataan.
"Dengan menyesal kami akan segera mengakhiri kemitraan kami dengan lembaga siaran itu dan mereka tidak akan diizinkan untuk menyiarkan Semi Final Kedua atau Grand Final."
Langkah itu disambut oleh O'Shaughnessy, yang mengatakan kepada presenter BBCvision Eurovision, Rylan Clark-Neal, dia pikir itu adalah "keputusan penting."
Sensor Mango TV dikritik di Twitter China, Weibo, di mana akun populer pro-LGBT Voice of Homosexuality mempublikasikan tangkapan layar bendera pelangi yang kabur.
"Insiden ini telah menyebabkan banyak penonton (untuk) mengeluh, banyak yang mengatakan bahwa praktik ini adalah kemunduran sejarah," Voice of Homosexuality menulis di akunnya.
Advertisement