Liputan6.com, Jalur Gaza - Sekitar 18 warga Palestina tewas ditembak dan 900 orang lainnya terluka oleh pasukan Israel, dalam sebuah demonstrasi berujung bentrokan di perbatasan kedua negara di Gaza, Senin 14 Mei 2018.
Demonstrasi yang digelar oleh warga Palestina itu ditujukan untuk memprotes peresmian Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yerusalem pada hari yang sama. Mereka melihat eksistensi gedung kedutaan itu sebagai dukungan nyata AS terhadap Israel yang berusaha mengklaim seluruh wilayah Yerusalem.
Seorang bocah laki-laki berusia 14 tahun termasuk di antara mereka yang tewas, menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza. Demikian seperti dikutip dari BBC (14/5/2018).
Advertisement
Di lain pihak, Israel mengklaim bahwa sekitar 10.000 'perusuh' Palestina berkumpul di pagar perbatasan dan mengancam keselamatan personel keamanan.
Israel juga mengklaim bahwa para demonstran melempari pasukan keamanan dengan batu. Merespons tindakan itu, sejumlah penembak jitu pasukan Israel melepaskan timah panas ke arah demonstran.
Tindakan itu, menurut klaim Israel, telah sesuai dengan 'prosedur standar' para pasukan keamanan.
Baca Juga
Hamas telah menggelar protes massal 'Great March of Return' selama enam pekan terakhir, yang ditujukan untuk memprotes pergeseran status quo seputar Israel - Palestina dan Yerusalem.
Demonstrasi itu juga digelar jelang peringatan Hari Nakba 15 Mei 2018. Warga Palestina menggelar demo untuk memeringati eksodus massal bangsa Palestina dari tanah mereka -- yang kini menjadi negara Israel -- pada tahun 1948 silam.
Israel mengklaim, sepanjang demonstrasi itu berlangsung, para demonstran berusaha menembus pagar perbatasan, hingga memicu respons tindakan agresif dari para pasukan keamanan Negeri Bintang David.
Total lebih dari 60 warga Palestina tewas dan ribuan lainnya terluka sejak protes dimulai enam pekan lalu.
Â
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Langkah Kontroversial Amerika Serikat
Pembukaan Kedutaan Amerika Serikat di Yerusalem pada Senin, 14 Mei 2018 merupakan salah satu peristiwa bersejarah.
Peristiwa itu tak hanya menandai pemindahan fisik Kedutaan AS untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem semata, namun juga, menyimbolisasikan langkah kontroversial Amerika Serikat yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Bagi banyak orang Israel, langkah pemindahan Kedubes AS merupakan realitas atas harapan yang sempat lama tertunda.
Di lain sisi, keputusan untuk memindahkan misi diplomatik Negeri Paman Sam justru menunjukkan perubahan kebijakan luar negeri AS yang kontroversial dan pergeseran konsensus internasional atas status quo Yerusalem.
Palestina telah lama turut mengklaim Yerusalem Timur sebagai ibu kota negaranya yang merdeka di masa depan.
Advertisement