Liputan6.com, Tel Aviv - Kementerian Luar Negeri Israel menegaskan tidak akan memutus hubungan diplomatik dengan Turki, menyusul ketegangan baru-baru ini yang dipicu agresi Israel di Jalur Gaza yang menewaskan lebih dari 60 warga Palestina. Ribuan warga Palestina lainnya dikabarkan terluka dalam peristiwa tersebut.
Seperti dilansir Middleeastmonitor.com, Jumat (18/5/2018), radio Israel yang mengutip pernyataan Tzipi Hotovely, Wakil Menteri Luar Negeri, mengatakan, "Setelah melakukan sejumlah konsultasi, termasuk dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, kami menyatakan tidak akan memutuskan hubungan dengan Turki."
"Turki adalah negara besar di kawasan, maskapai kami melintasi wilayah udaranya, kami berbagai hubungan bisnis yang sama dan Turki memiliki komunitas Yahudi yang besar yang membutuhkan dukungan Israel," kata Hotovely
Advertisement
Namun dalam wawancara yang sama, Hotovely menyerang Recep Tayyip Erdogan. Ia menggambarkannya sebagai "seorang tiran dengan berlumuran darah."
Baca Juga
Sementara itu, Menteri Sains dan Teknologi Israel Ofir Akunis baru-baru ini menggambarkan Erdogan sebagai "fasis yang membenci Israel."
Adapun Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel, Gilad Erdan, menyarankan agar Turki diisolasi.
"Israel harus mengakui holocaust Armenia dan mengambil lima langkah dalam tindakan internasional untuk melawan Erdogan dan Turki," tegas Erdan.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Agresi Israel di Gaza
Pada Selasa, 15 Mei 2018 kemarin, Turki mengusir duta besar dan konsul jenderal Israel di Istanbul terkait bentrokan maut di perbatasan Gaza yang menewaskan puluhan warga Palestina. Israel membalasnya dengan mengusir konsul jenderal Turki.
Aksi saling usir diplomat ini merupakan buntut dari bentrokan antara demonstran Palestina dengan tentara Israel di perbatasan Gaza pada Senin, 14 Mei.
Demonstrasi yang diwarnai bentrokan itu merupakan buntut dari aksi protes rakyat Palestina sejak beberapa minggu terakhir, yang dikoordinasi oleh Hamas dalam tajuk "Great March of Return".
Dikutip dari BBC, aksi protes turut menyasar perayaan hari jadi Israel ke-70, yang oleh masyarakat Palestina disebut sebagai Nakba atau hari bencana.
Selain itu, aksi protes juga dialamatkan pada peresmian Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yerusalem.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, membela militernya, dan mengatakan, "Setiap negara memiliki kewajiban untuk mempertahankan perbatasannya."
Pengusiran masing-masing diplomat Israel dan Turki dinyatakan untuk jangka waktu yang belum ditetapkan.
Â
Advertisement