Sukses

22-5-2010: Upacara Pemakaman Copernicus Digelar 467 Tahun Setelah Kematiannya

Makam Nicolaus Copernicus ditemukan pada 2005. Astronom dari Abad ke-16 itu dikenal sebagai 'penggugat' teori geosentris yang menganggap Bumi sebagai pusat semesta.

Liputan6.com, Jakarta - Nicolaus Copernicus menggugat teori geosentris yang menganggap Bumi sebagai pusat semesta. Karena itulah, karya-karyanya dianggap bidah oleh Gereja Katolik.

Copernicus meninggal dunia pada 24 Mei 1543, di usianya yang ke-70, pada tahun yang sama dengan penerbitan karyanya yang kontroversial, On the Revolutions of the Heavenly Spheres (De revolutionibus orbium coelestium), yang membahas tentang perputaran bola-bola langit.

Ia bahkan mengembuskan napas penghabisan hanya beberapa jam setelah menerima salinan karyanya.

Karya Nicolaus Copernicus, De revolutionibus orbium coelestium (Wikipedia)

Copernicus adalah pencetus gagasan bahwa Bumi lah yang berevolusi terhadap Matahari, bukan sebaliknya.

Setelah kepergiannya, jenazahnya dikebumikam di sebuah katedral di Frombork, Polandia Utara. Tak ada nisan atau penanda identitas di makam itu.

Pada 2004, sejumlah ilmuwan berusaha mencari di mana persisnya makam Copernicus, atas permintaan dari uskup, Jacek Jezierski.

Upaya tersebut berhasil pada tahun berikutnya. Sebuah kerangka yang ditemukan di bawah lantai biara, dekat altar, disimpulkan sebagai jenazah Copernicus.

Seperti dikutip dari NBC News, Senin (21/5/2018), arkeolog Polandia, Jerzy Gassowski mengungkapkan, hasil rekonstruksi wajah forensik terhadap tengkorak yang ditemukan timnya pada 2005 di katedral Frombork bersesuaian dengan potret Copernicus.

Rekonstruksi tersebut menunjukkan kondisi hidung yang bengkok atau patah (broken nose) yang serupa dengan lukisan diri Nicolaus Copernicus.

 

Juga ada goresan luka di atas mata kiri yang sesuai dengan gambar tersebut. Tak hanya itu, hasil analisis menunjukkan, kerangka yang ditemukan adalah milik seorang pria berusia 70 tahun -- sama dengan usia Copernicus saat meninggal dunia.

Sementara, analisis yang dilakukan ahli genetika asal Swedia, Marie Allen menemukan bahwa DNA dari gigi dan tulang kaki kerangka cocok dengan jejak genetika dari helaian rambut yang ada di buku milik Copernicus, yang disimpan di perpustakaan Uppsala University.

Pada 22 Mei 2010, Nicolaus Copernicus akhirnya mendapatkan haknya untuk dimakamkan secara layak, 457 tahun setelah kematiannya.

Hari itu, ia dimakamkan dengan penuh penghormatan di sebuah katedral di Polandia, di mana ia pernah mengabdi sebagai pastor.

Jazadnya diberkati dengan air suci oleh sejumlah petinggi Gereja Katolik Polandia. Peti jenazahnya kemudian diangkat para petugas, dan diletakkan kembali di titik di mana kerangkanya ditemukan pada 2005.

Sebuah batu nisan dari granit hitam, dihiasi dengan model tata surya, menjadi penanda makam.

Copernicus kini tak hanya diakui sebagai pencetus teori heliosentris. Upacara pemakamannya adalah sebuah simbol pengakuan dari Gereja Katolik yang pernah menganggap karyanya bidah.

Menurut Jack Repcheck, penulis buku Copernicus' Secret: How the Scientific Revolution Began, hingga kematiannya tuduhan bidah belum dialamatkan ke diri sang astronom. Baru belakangan, karya-karyanya dilarang.

"Itu mengapa ia dimakamkam seperti yang lainnya, seperti para biarawan di Frombork," kata dia, seperti dikutip dari Independent.

Copernicus, Repcheck menambahkan, kala itu juga belum dianggap pahlawan.

Tak hanya pemakaman Copernicus, tanggal 22 Mei juga menjadi momentum sejumlah kejadian bersejarah bagi dunia.

Pada 1176, para anggota sekte 'Assssins' berupaya membunuh Salahuddin al-Ayyubi di Aleppo, Suriah. Sementara, pada 1927, gempa dengan kekuatan 8,3 skala Richter mengguncang Tsinghai, China. Lebih dari 40.900 orang tewas.

Dan, pada 22 Mei 2017, ledakan bom terjadi di Manchester Arena saat konser Ariana Grande berlangsung. Insiden tersebut menewaskan 19 orang dan melukai 59 lainnya.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

2 dari 2 halaman

18 Tahun Setelah Vatikan Merehabilitasi Galileo

Upacara pemakaman tersebut diadakan 18 tahun setelah Vatikan merehabilitasi nama astronom Italia, Galileo Galilei, yang mengembangkan teori Copernicus.

Polandia, di mana Copernicus dimakamkan, adalah tanah air Paus Johanes Paulus II, yang pada 1992 secara terbuka menyatakan hukuman yang dijatuhkan pada Galileo adalah hasil dari 'pemahaman yang salah'.

Galileo Galilei (1564-1642) adalah orang pertama yang membuat teleskop astronomi, terobosan baru yang meruntuhkan argumentasi gereja yang menyebut dunia sebagai pusat alam semesta. Temuan Galileo menguatkan pandangan Copernicus bahwa Bumi hanya salah satu planet yang berputar mengelilingi Matahari.

Gereja pun lantas menuding Galileo melakukan bidah. Karena kecerdasannya itu, dia dijatuhi hukuman seumur hidup yang belakangan diganti menjadi hukuman mati.

Pada 2008 pemimpin tertinggi umat Katolik saat itu, Paus Benedictus XVI menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Galileo dan para ilmuwan lain, yang menurutnya telah memberikan kontribusi dalam memahami karya Tuhan.

"Keimanan Galileo membuatnya melihat alam semesta sebagai 'buku' karya Tuhan," kata orang nomor dua di Vatikan, Kardinal Tarcisio Bertone.