Sukses

Pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un di Singapura Ditunda?

Pertemuan Donald Trump dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, dijadwalkan akan berlangsung pada 12 Juni 2018 di Singapura.

Liputan6.com, Washington, DC - Donald Trump mengatakan, terdapat "peluang yang sangat besar" bahwa pertemuannya dengan Kim Jong-un yang dijadwalkan berlangsung pada 12 Juni 2018 di Singapura akan ditunda.

Trump memunculkan keraguan terkait waktu tatap mukanya dengan Kim Jong-un usai mengadakan pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in di Gedung Putih pada 22 Mei kemarin.

"Kami bergerak bersama. Kami akan lihat apa yang akan terjadi. Ada sejumlah kondisi tertentu yang kami inginkan terjadi. Saya rasa kami akan mewujudkan kondisi tersebut. Dan jika tidak, pertemuan tidak akan terjadi," ujar Trump seperti dikutip dari The Guardian pada Rabu, (23/5/2018).

Presiden ke-45 Amerika Serikat tersebut tidak menjelaskan kondisi tertentu yang dimaksudnya.

"Ada kemungkinan yang sangat besar bahwa itu tidak akan berhasil, tapi tak apa. Itu tidak berarti tidak akan berhasil dalam jangka waktu tertentu, melainkan mungkin tidak pada 12 Juni. Meski demikian, masih ada peluang bagi kita untuk menggelar pertemuan," tutur sosok kontroversial tersebut.

Trump, lebih lanjut mengatakan, kesepakatan yang terlihat pasti terkadang gagal. Sementara, yang tampak memiliki sedikit peluang untuk sukses akan berakhir dengan kemenangan. "Pada akhirnya itu (pertemuannya dengan Kim Jong-un) akan berhasil. Saya tidak dapat memberi tahu Anda bagaimana atau kenapa, tapi itu akan terjadi."

Jika Kim Jong-un bersedia melucuti senjata, Trump menegaskan, "Kami akan menjamin keselamatannya. Dia akan aman. Dia akan bahagia. Negaranya akan kaya."

Sementara itu, Presiden Moon Jae-in mengungkapkan keyakinannya bahwa pertemuan Trump dan Kim Jong-un akan terwujud dan mencapai terobosan yang dramatis. Penasihat keamanan nasional Moon, Chung Eui-yong, mengatakan, "Kami percaya ada 99,9 persen keyakinan KTT Amerika Serikat-Korea Utara akan dilaksanakan sesuai jadwal."

"Tapi kami hanya bersiap untuk berbagai kemungkinan," terang Chung sebelum pertemuan Moon dan Trump.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Perbedaan Persepsi Soal Perlucutan Senjata

Pertemuan Trump dan Kim Jong-un diragukan akan terjadi setelah muncul kritikan Korea Utara terhadap latihan militer gabungan Amerika Serikat dan Korea Selatan yang berlangsung beberapa waktu lalu.

Selain itu, desakan Washington bahwa KTT akan bertujuan agar Pyongyang menanggalkan program senjata nuklirnya dinilai telah membuat negeri pimpinan Kim Jong-un meradang.

Trump sendiri telah memeringatkan Kim Jong-un bahwa jika pemimpin Korea Utara itu menolak melepaskan program senjata nuklirnya maka ia akan menghadapi nasib yang sama dengan mantan pemimpin Libya, Muammar Khadafi, yang digulingkan dan dibunuh pasca-pemberontakan yang didukung NATO.

Sementara itu, Pyongyang menyatakan mendukung "denuklirisasi penuh Semenanjung Korea", namun menafsirkannya sebagai proses perlucutan senjata berangsur-angsur, bertahap, dan bersama.

Penasihat keamanan nasional Amerika Serikat, John Bolton, bersikeras bahwa rezim Kim Jong-un harus menanggalkan seluruh senjata nuklir dan peralatan produksinya sebelum mendapat manfaat apapun.

Adapun Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo yang ambil bagian dalam pertemuan Trump dan Presiden Moon di Gedung Putih mengatakan, ia "optimis" dengan pertemuan Trump dan Kim Jong-un pada 12 Juni mendatang.