Liputan6.com, Lima - Hari ini, 54 tahun yang lalu, bencana melanda suporter sepak bola di Estadio Nacional di Lima, Peru dan merenggut nyawa sekitar 328 orang. Sementara 500 lainnya terluka.
Peristiwa itu, menurut BBC, merupakan salah satu bencana terparah dalam sejarah sepak bola dunia.
Bencana itu terjadi pada menit-menit terakhir waktu pertandingan antara tim nasional Peru vs Argentina untuk kualifikasi Olimpiade Musim Panas 1964.
Advertisement
Pertandingan yang digelar di Estadio Nacional, Lima, itu disaksikan sekitar 53.000 penonton, suporter dari kedua negara.
Bencana bermula ketika wasit asal Uruguay, Angel Eduardo Pazos, pada sisa waktu enam menit, menganulir gol timnas Peru untuk menyamakan kedudukan. Saat itu, papan skor menunjukkan angka 0 - 1 untuk keunggulan Tim Tango.
Keputusan wasit membuat marah penggemar tuan rumah dan memicu kerusuhan serta bentrok antar suporter yang menginvasi lapangan dengan petugas keamanan.
Baca Juga
Menyikapi hal itu, polisi Peru menembakkan tabung gas air mata ke tribun utara stadion demi menghalau para suporter di area itu agar tak turun ke lapangan.
Tak disangka, langkah polisi justru menyebabkan kepanikan para suporter di tribun utara dan memicu eksodus massal dari stadion untuk menghindari gas.
Hanya ada satu pintu keluar di tribun utara, yakni, terletak di terowongan, tepat di bawah tribun. Saat itu, ribuan penonton membludak menuju pintu keluar berupa pagar yang terbuat dari baja.
Namun, pada saat itu, pintu keluar tersebut dalam kondisi terkunci. Pengelola selalu mengunci gerbang ketika pertandingan berlangsung.
Para suporter yang sudah di ambang pagar tak bisa berbalik arah untuk mencari akses keluar lain, karena di belakang mereka ribuan suporter merangsek menuju pintu tersebut.
Dan, kebanyakan di antara mereka yang berada di belakang tak mengetahui kalau pintu keluar tribun utara itu terkunci.
Akhirnya, pintu yang terkunci itu pun bobol akibat terdesak ribuan manusia. Hampir semua suporter yang berada di ambang pagar jatuh serta tertimpa dan terinjak-injak ribuan orang di belakang yang terus melaju tanpa pedulu kondisi orang-orang di depan mereka.
Kebanyakan yang tewas meninggal akibat pendarahan internal atau kehabisan napas akibat bergumul di keramaian dan terinjak-injak.
Dikutip dari BBC Magazine, laporan resmi otoritas Peru menyebut bahwa jumlah korban tewas mencapai 328 orang dan sekitar 500 lainnya terluka. Otoritas juga menyebut bahwa kelebihan kapasitas menjadi salah satu penyebab bencana nahas itu.
Di sisi lain, BBC memperkirakan, korban tewas dan terluka masih jauh lebih banyak dari angka resmi otoritas Peru.
Setelah insiden itu, otoritas memutuskan untuk mengurangi kapasitas tempat duduk stadion dari 53.000 menjadi 42.000 pada tahun 1964. Kapasitas kembali ditingkatkan menjadi 47.000, ketika Peru menjadi tuan rumah Copa América 2004.
Jumlah korban tewas insiden di Estadio Nacional 38 lebih tinggi daripada yang tewas dalam bencana stadium Hillsborough 1989, kebakaran stadium Bradford 1985, bencana stadium Heysel 1985, dan bencana stadium Ibrox 1971.
Pada tanggal yang sama tahun berbeda, 24 Mei 1514, Nicolaus Copernicus Sang Penggugat 'Bumi Sebagai Pusat Semesta' wafat, hanya beberapa jam setelah menerima salinan karya-karyanya yang dirangkum dalam 6 buku.
Sedangkan pada 24 Mei 1941 Bob Dylan (Robert Zimmerman) seorang penyanyi dan penulis lagu terkenal, dilahirkan ke dunia.
Â
Saksikan juga video pilihan berikut ini: