Liputan6.com, Chicago - Tiga puluh sembilan tahun lalu pada suatu siang di hari Minggu, 25 Mei 1979, sebuah kecelakaan pesawat terjadi di Bandara Internasional O’Hare di Chicago, Amerika Serikat (AS).
Kecelakaan pesawat yang menewaskan lebih dari 270 orang itu disebut sebagai insiden terburuk dalam sejarah penerbangan di Negeri Paman Sam.
Mesin di sayap kiri pesawat American Airlines dengan nomor penerbangan 191 itu dilaporkan mati setelah lepas landas, sehingga membuatnya terjun bebas di atas lahan rumput di dekat ujung landasan pacu.
Advertisement
Kurang dari tiga bulan setelahnya, muncul laporan bahwa penyebab utama kecelakaan adalah karena konfigurasi mesin yang kurang tepat pasca-perawatan rutinnya. Demikian Today in History sebagaimana dikutip dari Chicago Tribune.
Baca Juga
Ketika mesin pesawat jenic DC-10 itu mati, bobot kabin sebesar 40.000 pon (sekitar 20 ton) terdesak oleh tekanan udara, sehingga membuat sayap dan ekornya patah seketika sebelum menghujam daratan.
Kecelakaan nahas itu disebut sulit terhapus dari memori publik, karena kengeriannya terekam jelas pada serangkaian foto yang diambil oleh seorang pilot muda asal Ontario, Kanada, bernama Michael Laughlin.
Michael masih berusia 24 tahun kala itu, dan mengaku sedang mondar-mandir di area bandara ketika kecelakaan pesawat terjadi.
"Saya melihat mesin pesawat jatuh terlebih dulu, sebelum kemudian diikuti oleh hantaman badan pesawat ke tanah, yang memicu kebakaran besar," kata Laughlin dalam arsip wawancara dengan surat kabar Chicago Tribune.
"Sesaat setelah mesin pesawat hancur, saya mulai memotret dengan tangan bergetar," lanjutnya.
"Saya hanya berdiri sambil tertegun dan bertanya-tanya pada diri sendiri, 'Apakah ini benar-benar terjadi?'"
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
Banyak kerabat yang lain mendatangi bandara untuk mencari informasi keberadaan orang orang tercintanya.
Penduduk Sipil Ikut Jadi Korban
Menurut catatan Kepolisian Metropolitan Chicago, area jatuhnya pesawat DC-10 itu sangat besar, dengan kobaran api yang baru bisa dipadamkan secara total hampir tujuh jam setelahnya.
Sebagian besar jasad korban sulit diidentifikasi karena terbakar hingga hangus. Bahkan, petugas penyelamat dan pendeta yang ada di lokasi kejadian, hampir tidak bisa menyentuh apapun dari korban tewas, karena suhu yang sangat paans.
Disebutkan pula, selain total 271 korban tewas di dalam pesawat, insiden tersebut juga merenggut dua nyawa lainnya dari kalangan sipil di luar pagar bandara.
Puing pesawat yang terbakar juga dilaporkan menghujani sebagian area pemukiman yang ada di sekitar bandara, menyebabkan kerusakan ringan pada beberapa bangunan rumah.
Jika tidak mengalami kecelakaan, sebagian besar penumpang pesawat tersebut dijadwalkan menghadiri pertemuan Asosiasi Penjual Buku Amerika, yang diadakan di Los Angeles, California.
Tiga orang dari keseluruhan korban tewas merupakan editor majalah Playboy di bawah kepemimpinan Sheldon Wax, yang juga dikenal sebagai seorang penulis dan fotografer kenamaan kala itu.
Advertisement