Sukses

Kala Mahasiswa Australia Makan Gado-Gado Sambil Berbahasa Indonesia

Muda-mudi Australia pecinta Indonesia yang tengah menuntut ilmu di perguruan tinggi di Canberra memamerkan kefasihan mereka berbahasa Indonesia.

Liputan6.com, Canberra - Anak-anak muda Australia pecinta Indonesia yang tengah menuntut ilmu di perguruan tinggi di Canberra memamerkan kefasihan mereka berbahasa Indonesia, dalam acara nongkrong bareng di Balai Kartini, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra pada 23 Mei 2018.

Para pemuda dan pemudi Australia tersebut memang memiliki kedekatan psikologis dengan Indonesia. Rata-rata mereka pernah mengenyam studi singkat di berbagai kota di Indonesia, seperti Jogjakarta, Bandung, Malang bahkan di Bengkulu.

Tak heran jika malam itu, suasana Balai Kartini tak ubahnya tempat nongkrong di Tanah Air. 

Betapa tidak, selain para tamunya berbahasa Indonesia dengan lancar dan bahkan sebagian di antaranya berbaju batik, makanan yang disajikan pun khas Nusantara, yakni ayam kremes, gado-gado dan kolak pisang.

Dalam acara yang digelar oleh Asosiasi Pemuda Indonesia-Australia atau Australia-Indonesia Youth Association (AIYA)-cabang Canberra yang bertajuk "AIYA Networking Dinner" tersebut, mereka begitu antusias ngobrol dengan mitra mereka, termasuk para diplomat senior dan muda dari KBRI Canberra.

Sally Swinne misalnya. Mahasiswi S-2 jurusan Diplomasi di Australian National University (ANU) asal Darwin ini pernah mengikuti kuliah di Universitas Muhammadiyah, Malang selama dua semester. 

"Saya senang ikut acara kongkow bareng teman-teman AIYA karena dapat merasakan suasana khas Indonesia", ujarnya dengan bahasa Indonesia yang sangat fasih.

Sementara itu, Peter Gilbert yang menjabat Ketua AIYA Canberra yang didampingi wakilnya, Adeline Tinnesia, juga memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang sangat baik. "Saya pernah ikut program pertukaran pemuda Indonesia-Australia di Bengkulu selama dua bulan", tambah mahasiswa ANU yang malam itu mengenakan baju batik khas Bengkulu.

Mahasiswa lainnya, yakni Truman memiliki kemampuan berbahasa yang tak kalah mengagumkan. 

"Indonesia telah mencuri hati saya", aku anak muda asal Sydney yang pernah studi di Jogja dan Bandung ini.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

2 dari 2 halaman

Dibuka Oleh Wakil Dubes untuk Australia

Acara nongkrong bareng yang dibuka oleh Wakil Duta Besar RI untuk Australia, M.I. Derry Aman ini juga dihadiri oleh Direktur urusan Indonesia dari Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia, Tamie Balaga serta dosen ANU, Ross Tapsell dan John Gould serta diplomat Indonesia.

Menurut Wakil Dubes RI, anak-anak muda Australia tersebut telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam mempromosikan citra positif Indonesia di Australia.

"Dalam beberapa waktu lalu misalnya, AIYA telah menggelar Hari Indonesia untuk murid-murid SD dan SMP di seluruh kota Canberra. Mereka juga menyelenggarakan pelatihan tari Bali dan memutar film Banda", tukas diplomat yang sebelumnya pernah bertugas di Ottawa dan Jenewa.

"Di tangan anak-anak muda seperti merekalah, masa depan hubungan bilateral Indonesia dan Australia akan kita titipkan. Mereka adalah Indonesianist muda Australia. Beruntung kita memiliki AIYA untuk semakin memperkuat dan memperdalam people-to-people links and contacts", tambahnya. 

Sementara, Tamie Balaga yang juga alumni jurusan Bahasa Indonesia di ANU, menegaskan bahwa Indonesia selalu menjadi salah satu mitra terpenting bagi Australia. Dengan demikian, menguasai Bahasa Indonesia sangatlah penting karena prospeknya sangat cerah. 

AIYA merupakan asosiasi anak-anak muda Australia dan Indonesia yang dibentuk di sejumlah kota besar di Australia maupun di Indonesia, untuk membantu mempromosikan hubungan kedua negara, khususnya di bidang pendidikan, kebudayaan dan bahasa Indonesia, di kalangan pemuda.Â