Liputan6.com, Moskow - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov akan mengunjungi Korea Utara untuk memenuhi undangan dari Menteri Luar Negeri Ri Yong-ho. Lawatan ini akan berlangsung dua pekan sebelum Donald Trump dan Kim Jong-un melangsungkan pertemuan bersejarah di Singapura pada 12 Juni.
Jadwal kunjungan Menlu Lavrov belum dikonfirmasi, namun media Rusia RBC melaporkan bahwa diplomat Rusia itu akan melawat ke Korea Utara pada 31 Mei 2018. Demikian seperti dilansir Express.co.uk pada Rabu (30/5/2018).
Mengomentari undangan dari mitranya tersebut, Lavrov mengatakan, "Kami sangat senang dengan undangan yang kami untuk mengunjungi Pyongyang".
Advertisement
Maria Zakharova, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, menambahkan, "Kunjungan pimpinan Kementerian Luar Negeri Rusia ke Korea Utara tengah dalam proses".
Baca Juga
Lavrov mengadakan diskusi langka dengan Korea Utara di Moskow pada April lalu dalam upaya untuk meningkatkan hubungan kedua negara.
Seorang pejabat Rusia mengatakan, "Moskow memiliki kecenderungan untuk mengembangkan hubungan bertetangga baik dengan Korea Utara".
Ia menambahkan bahwa sementara tidak ada pertemuan yang direncanakan antara Vladimir Putin dan Kim Jong-un.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Korea Utara Tertarik Bangun Hubungan yang Kuat dengan Rusia
James Brown, seorang profesor di Japan campus of Temple University dan ahli dalam hubungan Korea Utara-Rusia berpendapat bahwa Pyongyang sangat tertarik untuk membinsa hubungan yang kuat dengan Moskow.
"Korea Utara ingin memastikan bahwa China dan Rusia --yang merupakan sekutu tradisional Pyongyang-- masih berada di pihak mereka," ungkap Brown.
Brown menambahkan bahwa Rusia kemungkinan juga akan berusaha meningkatkan pengaruhnya di kawasan, menyusul upaya diplomatik tingkat tinggi yang dilakukan oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat.
"Tapi dalam hiruk pikuk diplomasi baru-baru ini, saya rasa Rusia telah merasa sedikit ditinggalkan dan ada seruan agar Presiden Vladimir Putin melakukan pertemuan puncak dengan Kim Jong-un".
"Ini merupakan masalah prestise bagi Rusia karena mereka ingin terlihat terlibat dalam isu internasional, untuk memiliki status 'kekuatan besar', ditambah mereka memiliki kartu yang cukup kuat yang dapat dimainkan kelak dengan AS".
"Jika Putin dapat mengklaim memiliki pengaruh atas Pyongyang, itu bisa digunakan untuk kepentingannya ketika ia menginginkan dukungan di tempat lain".
Brown menyimpulkan bahwa Moskow bisa jadi merasa tersisihkan dalam negosiasi isu keamanan di Asia timur laut yang tengah dilakukan oleh Korea Selatan, China, dan AS.
Advertisement