Sukses

Komando Pasifik AS Berganti Nama, Ini Alasannya

Militer Amerika Serikat, mengganti nama Komando Pasifik (US Pacific Command) menjadi Komando Indo-Pasifik AS (US Indo-Pacific Command).

Liputan6.com, Washington DC - Militer Amerika Serikat, mengganti nama Komando Pasifik AS (US Pacific Command) menjadi Komando Indo-Pasifik AS (US Indo-Pacific Command atau USINDOPACOM), sebuah langkah simbolik besar yang menegaskan semakin pentingnya India dan kawasan geo-politik di sekitarnya, kata pejabat AS.

USINDOPACOM yang bertanggung jawab atas kegiatan militer AS di wilayah Indo-Pasifik, memiliki sekitar 375.000 personel sipil dan militer yang ditugaskan di wilayah tugasnya termasuk India.

"Hubungan dengan sekutu di Samudera Pasifik dan India terbukti penting untuk menjaga stabilitas regional," kata Menteri Pertahanan AS Jim Mattis dalam sambutannya, seperti dilansir Antara, Kamis (31/5/2018).

"Sebagai pengakuan atas meningkatnya konektivitas antara Samudera Hindia dan Pasifik, hari ini kami mengganti nama Komando Pasifik AS menjadi Komando Indo-Pasifik AS," katanya.

Laksamana Philip Davidson mengambil alih kepemimpinan komando dari Laksamana Harry Harris, yang merupakan kandidat Presiden Donald Trump untuk menjadi duta besar Amerika Serikat untuk Korea Selatan.

Penggantian nama tidak berarti aset tambahan akan dikirim ke wilayah pada saat ini, tetapi lebih mengakui relevansi militer India yang semakin meningkat untuk Amerika Serikat.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

AS-India yang Semakin Erat

Pada tahun 2016, AS dan India menandatangani perjanjian yang mengatur penggunaan tanah, udara, dan pangkalan angkatan laut masing-masing untuk perbaikan dan pasokan. Langkah ini merupakan pembangunan hubungan pertahanan saat mereka berusaha melawan maritim China yang semakin meningkat.

AS juga ingin memasuki pasar pertahanan India yang besar. AS menjadi pemasok senjata nomor dua di India, dengan kesepakatan senilai 15 miliar dolar AS selama 10 tahun terakhir.

Menhan AS James Mattis telah mendorong surat pelepasan tuntutan untuk negara-negara seperti India, setelah Presiden Donald Trump menandatangani undang-undang tahun lalu, yang mengatakan bahwa setiap negara yang melakukan perdagangan dengan Rusia pada sektor pertahanan dan intelijen akan menghadapi sanksi.

"Saya pikir India dan hubungan dengan AS adalah potensi peluang paling bersejarah yang kita miliki di Abad ke-21 dan saya berniat untuk mengejar itu cukup ketat," tutur Davidson bulan lalu.

Namun, para ahli mengatakan perubahan nama tidak akan berdampak besar kecuali terkait dengan strategi yang lebih luas.

"Mengganti nama PACOM pada akhirnya adalah tindakan simbolis, yang akan memiliki dampak yang sangat terbatas kecuali AS mengikuti sejumlah inisiatif dan investasi yang signifikan yang mencerminkan bukaan yang lebih luas," kata Abraham Denmark, mantan asisten sekretaris pertahanan untuk Asia Timur pada pemerintahan Presiden Barack Obama.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.