Sukses

Eskalasi Antara Hamas dan Israel di Gaza Pertanda Perang Kian Dekat?

DK PBB dinilai lumpuh, tidak sanggup menyetujui tindakan apa pun, atas kekerasan di Gaza yang menewaskan lebih dari 100 warga Palestina.

Liputan6.com, New York - Utusan PBB untuk Timur Tengah mengatakan eskalasi terbaru di Gaza antara penguasa Hamas dan Israel adalah peringatan "setiap hari makin dekat ke ambang peperangan'", Associated Press melaporkan.

Nikolay Mladenov mengatakan dalam sidang darurat Dewan Keamanan, Rabu, 30 Mei 2018, masyarakat internasional harus "dengan tegas mengutuk'' serangan roket dan mortir Hamas terhadap Israel.

Namun dia mengatakan "eskalasi berbahaya" itu tidak dapat dipisahkan dari protes selama dua bulan di perbatasan Gaza di mana sekitar 110 warga Palestina tewas dan sejumlah besar luka-luka kena tembakan Israel. Dewan Keamanan tetap lumpuh, tidak sanggup menyetujui tindakan apa pun.

Duta Besar AS, Nikki Haley yang menyerukan pertemuan itu, mengatakan pernyataan yang diusulkan oleh Amerika untuk mengutuk serangan Hamas, telah diblokir.

Amerika sebelumnya memveto tiga pernyataan yang mengutuk pembunuhan yang dilakukan Israel dalam aksi-aksi protes itu.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Israel Lancarkan Serangan Balasan ke Gaza

Militer Israel meluncurkan serangkaian serangan udara terhadap posisi Palestina di Gaza. Peristiwa ini terjadi setelah lebih dari 25 roket dan mortir ditembakkan dari Gaza ke Israel selatan pada Selasa, 29 Mei kemarin.

Serangan mortir dari Gaza itu disebut merupakan yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir.

Israel membalas serangan tersebut dengan menargetkan lebih dari 35 sasaran milik Hamas dan Jihad Islam, demikian menurut militer Israel, seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu, 30 Mei lalu.

Tel Aviv mengklaim bahwa para pejuang Palestina mendalangi serangan mortir ke Israel selatan.

Lewat sebuah pernyataan, sayap bersenjata Hamas dan Jihad Islam menyatakan "tanggapan bersama atas serangan puluhan roket di posisi pendudukan militer ... bahwa kejahatan ini tidak dapat ditoleransi dengan cara apa pun".

Brigade Al-Qassam dan Brigade Al-Quds menyalahkan Israel atas "agresi terhadap rakyat (Palestina)" yang mereka gambarkan sebagai "upaya mengalihkan perhatian dari kejahatan yang dilakukan terhadap warga sipil..."

Ismail Radwan, seorang pejabat Hamas, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Israel telah meningkatkan ketegangan.

"Eskalasi dari pendudukan zionis ini sangat berbahaya dan penjajah memikul tanggung jawab atas eskalasi ini serta akibatnya," kata Radwan.

"Para penjajah harus tahu bahwa kejahatan akan ditanggapi dengan perlawanan," ia menambahkan.

Sejak 30 Maret, setidaknya 121 warga Palestina yang tidak bersenjata tewas dibunuh oleh pasukan Israel dalam demonstrasi di dekat pagar perbatasan dengan Israel. Aksi protes itu digelar untuk menuntut hak mereka kembali ke rumah dan tanah keluarga mereka yang dirampas oleh Israel.

Para pejabat Israel pada hari Selasa mengatakan bahwa sistem pertahanan udara Iron Dome berhasil mencegat sebagian besar dari 28 roket dan mortir yang ditembakkan ke Israel.

Tidak ada laporan tentang korban tewas di kedua belah pihak. Militer Israel mengatakan, tiga tentaranya mengalami luka ringan.

"Tidak ada negara di dunia ini yang akan atau harus menerima ancaman semacam itu terhadap penduduk sipilnya. Kami juga tidak," kata Emmanuel Nashson, juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel.