Sukses

Operasi NATO Berlanjut Tiga Bulan

NATO beralasan, pasukan yang setia pada pemimpin terguling Muammar Khadafi masih dianggap menimbulkan ancaman bagi warga sipil.

Liputan6.com, Brussels: Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada Rabu (21/9), setuju memperpanjang selama 90 hari misi serangan udara di Libia. NATO beralasan, pasukan yang setia pada pemimpin terguling Muammar Khadafi masih dianggap menimbulkan ancaman bagi warga sipil.

"Operasi Pelindung Bersatu baru saja diperpanjang selama 90 hari," kata seorang diplomat yang tidak bersedia disebutkan namanya setelah para duta besar NATO memutuskan perpanjangan misi enam bulan itu.

Seorang diplomat lain mengatakan, operasi itu bisa dihentikan "sewaktu-waktu" jika panglima-panglima militer menganggap penduduk sipil sudah aman.

Mandat kedua selama 90 hari berakhir waktunya pada 27 September, namun para pemimpin Barat menegaskan niat mereka untuk tetap menerbangkan pesawat-pesawat tempur NATO selama pasukan Khadafi masih mencederai warga sipil. "Kami bertekad melanjutkan misi kami selama yang diperlukan, namun siap mengakhiri operasi itu secepat mungkin," kata Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen.

"Setiap keputusan untuk mengakhiri serangan-serangan udara akan diambil dalam koordinasi dengan PBB dan "sesuai dengan kehendak pihak berwenang Libya," katanya.

Pekan silam, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat setuju mempertahankan zona larangan terbang yang digunakan sebagai dalih untuk membenarkan serangan udara NATO terhadap loyalis Khadafi.

Dewan Transisi Nasional (NTC) menguasai Tripoli bulan lalu, namun pasukan Khadafi masih mengendalikan sejumlah kota, dan terjadi perlawanan sengit di kampung halaman Khadafi, Sirte, setelah perang tujuh bulan.

Dewan itu kini sedang dalam proses memindahkan pemerintah mereka ke Tripoli dari markas sebelumnya di Benghazi, setelah mencapai kemenangan-kemenangan atas pasukan Khadafi.

NTC, yang mengatur permasalahan kawasan timur yang dikuasai pemberontak, sejauh ini melobi keras untuk pengakuan diplomatik dan perolehan dana untuk mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel pemimpin Libia Muammar Khadafi.

Negara-negara besar yang dipelopori AS, Prancis dan Inggris membantu mengucilkan Khadafi dan memutuskan pendanaan dan pemasokan senjata bagi pemerintahnya, sambil mendukung dewan pemberontak dengan tawaran-tawaran bantuan.

Libia kini digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada 17 Maret lalu. Sebanyak 21 kapal NATO berpatroli aktif di Laut Tengah sebagai bagian dari penegakan embargo senjata terhadap Libia.

Aliansi 28 negara itu sejak 31 Maret silam juga memimpin serangan-serangan udara terhadap pasukan darat rezim Khadafi.

Resolusi 1973 DK PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libia dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Khadafi, yang membuat marah Barat.

Selama beberapa waktu hampir seluruh wilayah negara Afrika utara itu terlepas dari kendali Khadafi setelah pemberontakan rakyat meletus di kota pelabuhan Benghazi pada pertengahan Februari lalu. Namun, pasukan Khadafi kemudian dikabarkan berhasil menguasai lagi daerah-daerah tersebut.

Ratusan orang tewas dalam penumpasan oleh pasukan pemerintah dan ribuan warga asing bergegas meninggalkan Libia pada pekan pertama pemberontakan itu.

Khadafi (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Khadafi bersikeras akan tetap berkuasa meski ditentang banyak pihak.

Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libia, terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun.(ANS/Ant)