Sukses

Jelang Pertemuan Kim Jong-un dan Donald Trump, Tiga Pejabat Militer Korut Dicopot

Para pejabat AS meyakini bahwa terdapat perbedaan pendapat di tubuh militer Korea Utara terkait pendekatan Kim Jong-un ke Korea Selatan dan Negeri Paman Sam.

Liputan6.com, Washington, DC - Jelang pertemuan Kim Jong-un dan Donald Trump di Singapura, tiga pejabat militer Korea Utara dicopot dari jabatan mereka. Hal ini disampaikan seorang pejabat senior Amerika Serikat pada Minggu.

Para pejabat Amerika Serikat meyakini bahwa terdapat perbedaan pendapat di tubuh militer Korea Utara terkait pendekatan Kim Jong-un ke Korea Selatan dan Negeri Paman Sam.

Pejabat Amerika Serikat tidak mengidentifikasi tiga pejabat militer Korea Utara yang dicopot. Namun, media pemerintah Korea Selatan, Yonhap, menyebutkan bahwa ketiganya adalah Kepala Pertahanan Pak Yong-sik, Kepala Staf Umum Tentara Rakyat Korea (KPA) Ri Myong-su dan Direktur Biro Politik Umum KPA Kim Jong-gak. Demikian seperti dikutip dari The Guardian, Senin (4/6/2018).

Mengutip seorang pejabat intelijen yang tidak disebutkan namanya, Yonhap melaporkan bahwa Pak Yong-sik telah digantikan oleh No Kwang-chol yang sebelumnya Wakil Menteri Pertama Kementerian Angkatan Bersenjata, sementara Ri Myong-su digantikan oleh deputinya, Ri Yong-gil. Adapun jenderal angkatan bersenjata, Kim Su-gil menggantikan Kim Jong-gak.

Dilansir Independent.co.uk yang mengutip dari Yonhap, salah satu jenderal yang menggantikan tiga pejabat militer Korea Utara tersebut merupakan seorang yang "moderat", yang dapat melatih "fleksibilitas dalam berpikir".

Gedung Putih, Kementerian Luar Negeri, CIA, dan Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat belum merespons kabar ini.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Sulit Menerka Dinamika Korea Utara

Setelah menguji senjata nuklir dan rentetan rudal balistik yang semakin canggih --termasuk rudal yang digadang-gadang mampu menghantam Amerika Serikat-- Kim Jong-un menyatakan kesediaannya untuk melakukan denuklirisasi.

Meski demikian, Korea Utara dinilai mengirim sinyal-sinyal campuran terkait kesediaannya untuk meninggalkan senjata nuklir. Sementara itu, para pejabat Amerika Serikat telah merapatkan barisan dengan sekutu mereka untuk menuntut penanggalan program nuklir Korea Utara secara penuh dan dapat diverifikasi.

Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengatakan bahwa Korea Utara selama ini melihat senjata nuklir sebagai bentuk pembelaan diri.

"Ada sejarah panjang di mana Korea Utara telah melihat program nuklirnya sebagai penyediaan keamanan yang dibutuhkan bagi rezim," kata Pompeo setelah bertatap muka dengan tangan kanan Kim Jong-un, Kim Yong-chol.

Menurut Pompeo, tujuan utama dalam pertemuan Kim Jong-un dan Trump adalah meyakinkan rezim Korea Utara bahwa "ancaman nyata terhadap keamanan mereka adalah terus mempertahankan senjata nuklir, bukan sebaliknya".