Sukses

Pertemuan Donald Trump - Kim Jong-un pada 12 Juni Dimulai Pukul 9 Pagi

Meski begitu, lokasi pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un di Singapura belum ditetapkan secara pasti.

Liputan6.com, Washington, DC - Pihak Gedung Putih mengatakan pada Senin, 4 Juni 2018, bahwa pertemuan pertama antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un akan dimulai pukul 09.00 pagi di Singapura, pada 12 Juni mendatang.

"Kami secara aktif mempersiapkan KTT 12 Juni antara presiden dan pemimpin Korea Utara," kata juru bicara Sarah Sanders ketika mengumumkan waktu pertemuan.

Dijelaskan oleh Sanders, sebagaimana dikutip dari Channel News Asia pada Selasa (5/6/2018), rombongan tim utusan Gedung Putih, yang terdiri dari militer, pasukan keamanan, staf teknis, dan medis, telah berada di Singapura sejak pekan lalu.

"Mereka menyelesaikan persiapan dan akan tetap di tempatnya (Singapura) sampai pertemuan dimulai," kata Sanders.

Dia menambahkan bahwa Presiden Trump mendapat briefing harian tentang Korea Utara menjelang pertemuan penting itu.

Sanders juga telah diberikan banyak gambaran tentang bagaimana sepak terjang Kim Jong-un, dan apa saja yang telah disepakati dalam KTT Inter-Korea pada April lalu.

"Saya dapat memberitahu Anda bahwa presiden telah menerima briefing harian tentang Korea Utara dari tim keamanan nasionalnya," kata Sanders.

Para ahli telah menyuarakan keprihatinan bahwa meskipun Trump mengklaim sebagai pembuat kesepakatan terbesar di dunia, dia hanya tahu sedikit tentang Korea Utara, kontrol senjata, dan diplomasi internasional.

Adapun KTT 12 Juni mendatang bertujuan meyakinkan Kim Jong-un untuk meninggalkan program nuklirnya.

 

Simak video pilihan berikut:

 

 

2 dari 2 halaman

Denuklirisasi Korea Utara

Sebelumnya, masyarakat internasional meyakini bahwa Korea Utara memiliki perangkat nuklir canggih, termasuk rudal yang konon bisa menjangkau pesisir Pantai Barat AS.

Washington menyebut hal itu tidak bisa diterima, dan menuntut Korea Utara memulai denuklirisasi penuh yang terverifikasi.

Meski begitu, banyak analis mengaku tidak bisa memprediksi apakah Pyongyang bersedia mengambil langkah denuklirisasi penuh, atau mematuhi kesepatan dengan syarat pengurangan "tekanan maksimum" yang dilancarkan oleh Presiden Donald Trump.

Pekan lalu, Presiden Trump mengatakan dia tidak ingin menggunakan istilah "tekanan maksimum", dan mengindikasikan kesediaan untuk memulai serangkaian pembicaraan panjang yang akan mengurangi tekanan pada rezim Korea Utara.

"Saya pikir ini akan menjadi sebuah proses," katanya setelah menyambut pejabat tinggi Kim Yong-chol di Gedung Putih.

"Bukan, saya tidak pernah mengatakannya dalam satu pertemuan. Saya pikir ini akan menjadi sebuah proses. Tetapi hubungan kami akan terus berlanjut, dan itu hal yang sangat positif."

Presiden Trump juga mengatakan bahwa tidak akan ada sanksi baru yang dijatuhkan kepada Korea Utara, ketika KTT terkait berlangsung di Singapura.

Namun, presiden AS ke-45 itu tidak berjanji apakah sanksi ekonomi akan turut dihapus.