Sukses

Penyakit Misterius Mirip Serangan Sonik Kuba Melanda Konsulat AS di China

Penyakit misterius yang dialami puluhan orang di konsulat AS di Guangzhou China konon berawal dari suara aneh yang menganggu selama berbulan-bulan.

Liputan6.com, Guangzhou - Puluhan warga Amerika Serikat (AS) yang bekerja di Konsulat Jenderal di kota Guangzhou, China, dilaporkan tengah dievakuasi akibat ancaman penyakit misterius. Konon terkait dengan 'wabah' serangan sonik di Kuba yang terjadi dua tahun sebelumnya.

Seorang staf berkewarganegaraan AS bernama Mark Lenzi, bersama keluarganya, disebut sebagai yang terakhir dievakuasi pada hari Rabu, 6 Mei 2018.

Dikutip dari South China Morning Post pada Kamis (7/6/2018), Lenzi dan istrinya mengaku mendengar suara-suara aneh selama beberapa bulan, sebelum kemudian jatuh sakit dengan gejala nuerologis, atau cedera otak.

Pada Rabu 6 Juni malam, Lenzi dan keluarganya diterbangkan pulang ke Amerika Serikat, termasuk salah seorang buah hatinya yang berusia tiga tahun -- diduga kuat juga terkena dampak penyakit serupa.

Berbicara kepada The Washington Post pada hari yang sama, Lenzi menggambarkan suara sonik itu seperti "kelereng yang memantul dan menabrak lantai, kemudian berguling di atas lereng dengan suara statis".

Lenzi dan istrinya sempat membahas keluhan tersebut dengan beberapa tetangganya, namun tidak ada satupun yang mengaku mengalami hal serupa.

Beberapa bulan setelahnya, suara sonik itu memicu gejala penyakit misterius pada Lenzi, istri, dan salah seorang anaknya. Tim dokter di Konsulat Jenderal AS di Guangzhou memberinya resep obat penghilang rasa sakit dan pil tidur namun diketahui tidak banyak membantu. 

Beberapa waktu setelahnya, Lenzi mendapati beberapa warga Negeri Paman Sam lainnya yang tinggal tak jauh dari rumahnya, dievakuasi oleh pihak Konsulat Jenderal, diterbangkan kembali ke AS guna mendapat perawatan medis lebih lanjut di sana.

Adapun pemeriksaan lanjutan yang dilakukan pada Lenzi, menyebut bahwa dirinya terkena "cedera otak traumatis ringan".

Diagnosa yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat itu memicu pembekuan izin keamanan kerja Lenzi, sehingga membuat kecil kemungkinan dirinya kembali bekerja di kantor perwakilan diplomatik di China.

Lenzi mendesak duta besar AS yang berkedudukan di kota Beijing untuk segera menuntaskan kasus penyakit misterius itu.

Menurutnya, jika Dubes AS tidak bisa menekan ancaman penyakit sonik pada warga Negeri Paman Sam di China, maka sebaiknya ia segera mengundurkan diri. 

 

Simak video pilihan berikut:

 

2 dari 2 halaman

Serupa dengan Kasus di Kuba

Sementara itu, sekelompok tim medis telah diterbangkan oleh Kementerian Luar Negeri AS ke Guangzhou.

Di sana, mereka ditugaskan untuk melakukan tes kesehatan terhadap sekitar 170 orang, beserta keluarganya, yang mengeluh mengalami serangan penyakit sonik.

Penyakit sonik yang terjadi di Guangzhou dan sekitarnya disebut serupa dengan apa yang pernah dialami oleh Kedutaan Besar AS di Havana, Kuba, pada 2016.

Kala itu, sebanyak 24 orang yang semuanya merupakan pekerja kedubes dan keluarganya, mengalami gangguan neurotik akibat munculnya suara misterius yang bergerak konstan.

Gejala neurotik tersebut, termasuk di antaranya berupa sakit kepala, kelelahan, masalah kognitif, masalah penglihatan, keluhan pendengaran, serta sulit tidur.

Spekulasi awal menyebut bahwa wabah sonik di Havana itu merupakan bagian dari upaya serangan rahasia pemerintah Kuba. Namun, hal itu langsung dibantah dam dianggap sebagai tudingan yang tidak mendasar dan tidak bertanggung jawab.

Teori-teori lain tentang penyebab wabah sonik tersebut bermunculan, termasuk oleh keracunan bakteri dan dugaan radiasi dari perangkat pengawasan keamanan.

Pada Selasa, 4 Juni 2018, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengumumkan peluncuran Satuan Tugas Tanggap Insiden Kesehatan, di mana bertugas menanggapi penyakit yang tidak dapat dijelaskan, termasuk menguji pekerja dan keluarga di Konsulat Jenderal AS di Guangzhou.

Peran gugus tugas itu mencakup "identifikasi dan perawatan intensif terhadap staf dan keluargaya yang terkena dampak penyakit, investigasi dan mitigasi risiko, perpesanan, serta penjangkauan diplomatik".