Liputan6.com, New York - Pesawat penumpang masa depan akan lebih aman, lebih cepat, lebih ringan, lebih hemat bahan bakar, dan tidak memerlukan jendela.
Itulah yang diramalkan Tim Clark, kepala maskapai Emirates Airlines. Maskapai penerbangan yang berpusat di Dubai itu telah mulai menggunakan jendela-jendela virtual dalam kabin kelas satu pada pesawat-pesawatnya yang paling baru, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (8/6/2018).
Baca Juga
Penumpang tidak perlu lagi melihat keluar dari jendela pesawat yang konvensional. Di masa depan, mereka bisa menikmati pemandangan yang jauh lebih luas dan jelas lewat layar televisi berdefinisi tinggi.
Advertisement
Clark mengatakan, gambar-gambar yang diambil kamera high-definition itu "jauh lebih bagus dan tajam”"daripada yang bisa dilihat dari jendela biasa.
Clark mengatakan kepada jaringan televisi BBC bahwa tujuannya adalah mengoperasikan pesawat penumpang yang sama sekali tidak punya jendela seperti yang ada sekarang.
"Badan pesawat seperti itu tidak punya kelemahan struktural karena lubang-luban jendela tidak diperlukan lagi. Pesawat akan lebih ringan, bisa terbang lebih cepat, lebih tinggi dan lebih irit bahan bakar," katanya.
Eksperimen yang dilakukan Emirates Airlines itu telah menimbulkan keprihatinan dan mungkin tidak akan disetujui oleh para pejabat keamanan penerbangan. Sebagian penumpang khawatir akan merasa klaustrofobik atau terkurung dalam ruangan sempit, dalam pesawat tidak berjendela itu.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Alasan Kursi dan Jendela Pesawat Tak Pernah Sejajar
Sementara itu, pernahkah Anda menyadari bahwa, kebanyakan jendela pesawat terbang komersial letaknya tak pernah sejajar dengan deretan kursi? Terkadang kita dibuat kecewa karena kursi yang kita pilih ternyata tak bersebelahan persis dengan jendela.
Keanehan desain ini ternyata punya alasan tersendiri. Tim dari Today I Found Out telah mencari tahu penyebabnya dan berbagi penjelasan yang cukup rasional melalui platform pengunggah video mereka.
Ternyata, semuanya bersumber dari pabrik pembuat pesawat dan maskapai penerbangan. Pemasangan kursi ditentukan oleh pihak maskapai, meski produsen pesawat telah menjalankan tugasnya sesuai prosedur.
Mereka tak tahu-menahu soal penempatan kursi pesawat, sehingga banyak ditemukan posisi kursi yang tak sejajar dengan jendela. Ada yang tak kebagian jendela, ada pula yang mendapatkan jatah dua jendela.
Pabrikan seperti Boeing dan Airbus, misalnya. Keduanya mengatur penempatan jendela di dalam kabin tanpa harus memikirkan posisi atau letak kursi. Setelah jendela terpasang, mereka akan menyampaikan rekomendasi lokasi tempat duduk penumpang ke perusahaan penerbangan.
Namun, maskapai penerbangan biasanya mengabaikan rekomendasi tersebut dan lebih memilih untuk memakai idenya sendiri.
Menurut laporan News.com.au, Senin (26/2/2018), pihak maskapai biasanya menjejalkan lebih banyak deretan kursi dalam pesawat terbang dan mengurangi ruang gerak kaki. Tujuannya untuk meningkatkan pendapatan dan menjaga tarif tetap kompetitif.
Itulah mengapa, beberapa sandaran kursi pesawat ada yang bisa direbahkan lebih jauh dan ada juga yang hanya bisa didorong beberapa sentimeter saja.
Selain letak kursi, maskapai juga menentukan konfigurasinya, seperti pengaturan 3-4-3, 2-3-2, atau yang paling umum 3-5-3.
Advertisement