Sukses

Jejak Kaki Tertua di Dunia Ditemukan di China

Temuan jejak kaki tertua di dunia yang berada di China ini diperkirakan berusia lebih dari 500 juta tahun.

Liputan6.com, Beijing - Sebuah fosil diyakini sebagai jejak kaki tertua di dunia, ditemukan untuk pertama kalinya di wilayah selatan China.

Menurut hasil penelitian yang dimuat di jurnal Science Advances, temukan jejak kaki tua itu diduga kuat milik hewan prasejarah.

Dikutip dari BBC pada Jumat (8/6/2018), identitas makhluk yang membuat jejak kaki berusia 546 juta tahun itu masih belum diketahui.

Tetapi, peneliti yakin bahwa jejak itu berasal dari periode ketika hewan purba dianggap telah berevolusi.

Fosil ini terdiri dari dua baris jejak yang mewakili catatan paling awal tentang hewan berkaki.

Peneliti belum bisa memastikan apakah hewan tersebut berkaki dua atau lebih. Namun, mereka mengatakan fosil itu kemungkinan adalah milik seekor hewan jenis bilaterian.

Dijelaskan oleh peneliti, bilaterian adalah sekelompok fauna yang dicirikan memiliki sepasang kaki untuk berjalan, di mana merupakan kelompok hewan paling beragam saat ini.

Jejak kaki itu diyakini merupakan hasil pijakan melintas oleh hewan bilaterian di sedimen lunak, di sekitar aliran air.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

2 dari 2 halaman

Kemungkinan Berusia 10 Tahun Lebih Tua

Beberapa jejak kaki tertua di dunia, menurut peneliti, ditemukan di sekitar aliran sungai Yangtze di selatan China. Berbagai batuan sedimen di sana diketahui berasal dari periode antara 551 juta hingga 541 juta tahun lalu.

"Fosil-fosil baru itu mungkin mencapai usia 10 juta tahun lebih tua (dari batuan sedimen)," kata Zhe Chen, rekan peneliti yang berasal dari Departemen Arkeologi pada Chinese Academy of Sciences.

Dia menambahkan: "Setidaknya tiga kelompok jewan pra-sejarah memiliki memiliki pasangan pelengkap (diwakili oleh arthropoda, seperti lebah, annelida, seperti cacing berbulu, dan tetrapoda, seperti manusia)."

Zhe Chen juga menyebut kemungkinan bahwa hewan bilaterian kerap berhenti dari waktu ke waktu, di mana dugaan itu berasal dari fakta bahwa jejak kakinya tertanam ke dalam sedimen batu.

Alasan hewan tersebut sering berhenti, menurut Zhe Chen, bisa diperkirakan sebagai saat-saat ketika mereka menikmati makanan yang ditemukan di tengah lintasanya.