Sukses

Italia Tutup Jalur Masuk Imigran Ilegal, Ratusan Orang Terlantar di Lautan

Pemerintah Italia menolak izin berlabuh bagi kapal penyelamat yang mengangkut ratusan imigran ilegal dari Libya, sehingga membuatnya terkatung-katung di lautan.

Liputan6.com, Roma - Menteri dalam negeri Italia yang baru, Matteo Salvini, menolak izin kapal penyelamat untuk menurunkan 629 orang imigran ilegal, yang diangkut dari pantai di Libya.

Matteo Salvini, Menteri Dalam Negeri yang juga pemimpin kelompok sayap kanan Liga, mengatakan memang seharusnya Malta --pulau persinggahan maritim milik Italia-- membiarkan kapal Aquarius yang merupakan nama kapal penyelamat tersebut, bersandar di pelabuhannya, namun hal itu ditolak demi alasan keamanan Negeri Piza.

Dikutip dari BBC pada Senin (11/6/2018), pemerintah Malta mengatakan badan amal Jerman SOS Méditerranée telah menangkap para imigran ilegal jauh di utara perairan Libya, yang berarti mereka jatuh di bawah yurisdiksi Italia.

Dalam beberapa tahun terakhir, Italia dikenal sebagai pintu masuk utama bagi para migran yang menyeberang dari Afrika Utara ke Eropa.

Liga --partai penguasa-- menjanjikan kepada publik selama pemilihan umum baru-baru ini di Italia, bahwa mereka akan mengambil sikap keras pada isu imigrasi.

SOS Méditerranée, yang mengelola Aquarius, mengatakan bahwa kapal itu telah diinstruksikan oleh Pusat Koordinasi Penyelamatan Maritim Italia untuk tetap pada posisinya saat ini, 35 mil laut (sekitar 64 kilometer) dari Italia dan 27 mil laut (sekitar 50 kilometer) dari Malta.

Laporan itu menyebut sebanyak 629 orang migran dijemput di enam operasi penyelamatan yang berbeda di lepas pantai Libya, pada hari Minggu, 10 Juni 2018.

"Tujuan kami adalah disembarkasi di pelabuhan keselamatan untuk 629 orang (yang berada) di atas Aquarius, di mana sebagian telah kami selamatkan dari kondisi sulit kemarin malam," kata juru bicara SOS Méditerranée, Mathilde Auvillain.

 

Simak video pilihan berikut:  

 

 

2 dari 2 halaman

Tidak Untuk Imigrasi Ilegal

Sementara itu, Matteo Salvini berbicara pada hari Minggu, bahwa Italia menyatakan "tidak untuk perdagangan manusia, tidak untuk urusan imigrasi ilegal".

"Malta tidak mengambil siapa pun," katanya. "Prancis mendorong orang-orang kembali ke perbatasan, Spanyol mempertahankan perbatasannya dengan senjata."

"Tidak mungkin bagi Malta untuk mengatakan 'tidak' pada setiap permintaan bantuan. Tuhan Yang Baik menempatkan Malta lebih dekat ke Sisilia daripada Afrika, sehingga kami berhak menolak."

Pekan lalu, Salvini mengatakan Roma harus meningkatkan kebijakan deportasinya. Di waktu bersamaan, pemerintah Italia juga ingin merelokasi pencari suaka di seluruh Uni Eropa, di mana sejatinya skema tersebut telah ditolak oleh beberapa negara anggota.

Salvini mengatakan dia sedang mempertimbangkan tindakan terhadap organisasi yang menyelamatkan para imigran ilegal di laut. Dia sebelumnya menuduh mereka bersekongkol dengan penyelundup manusia.

Para kritikus pemerintah mengatakan rencananya untuk memulangkan migran tidak bisa dijalankan, dan berisiko menimbulkan rasisme serta mempolitisir masalah kemanusiaan.

Kesepakatan kontroversial antara mantan pemerintah Italia dan pihak berwenang di Libya telah menyebabkan penurunan kedatangan secara keseluruhan sejak musim panas lalu, tetapi para pejabat Negeri Pizza mengatakan 13.500 orang migran telah terdaftar sejauh tahun ini.