Sukses

Warga Singapura Takjub Pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un Telan Biaya Rp 278 Miliar

Warga Singapura buka suara soal biaya ratusan miliar yang dikeluarkan pemerintah untuk pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un.

Liputan6.com, Singapura - Pemerintah Negeri Singa dilaporkan menggelontorkan dana sekitar US$ 20 juta setara Rp 278 miliar untuk pelaksanaan KTT Korea Utara-Amerika Serikat, yang akan mempertemukan Presiden Donald Trump dan Pemimpin Kim Jong-un, pada Selasa 12 Juni mendatang.

Menurut informasi yang Liputan6.com peroleh dari berbagai sumber di International Media Centre (IMC), Senin (11/6/2018), dana itu digelontorkan dari kas negara, di mana separuhnya dialokasikan untuk sektor keamanan saja.

Pada 9 Juni hingga 13 Juni, otoritas Singapura menerapkan rekayasa lalu lintas, barikade jalan, dan mengerahkan ribuan polisi yang tersebar di sejumlah titik vital yang berkaitan dengan agenda pertemuan antara Donald Trump dan Kim Jong-un. 

Titik vital itu antara lain, Hotel St Regis, Tanglin Road tempat menginap Kim Jong-un dan delegasi Korea Utara; Hotel Shangri-La di Orange Grove Road tempat menginap Donald Trump dan delegasi AS; Pulau Sentosa; dan sejumlah jalan yang menghubungkan beberapa titik antarlokasi.

Semua itu dilakukan demi menjamin pelaksanaan salah satu KTT yang paling bersejarah tersebut, di mana banyak pihak menilai bahwa pertemuan pemimpin AS dan Korea Utara mampu menentukan arah hubungan kedua negara, denuklirisasi di Semenanjung Korea, serta masa depan keterbukaan Korea Utara di mata komunitas internasional.

Di sisi lain, beberapa penduduk Singapura "mengernyitkan alis" ketika tahu bahwa KTT tersebut menelan biaya besar.

"Memang tampak terdengar hebat ketika negara kami menjadi tuan rumah untuk pertemuan penting semacam itu. Tapi, ketika saya tahu bahwa semua ini menghabiskan biaya sekitar 20 juta dolar dari uang negara atau uang pajak kami, cukup mengejutkan juga," kata Muhammad Hasri Bin Osman, warga Singapura.

"Uang sebanyak itu dikeluarkan untuk sesuatu yang hasilnya tak tampak begitu jelas. Itu menurut saya sebagai warga yang 48 tahun telah tinggal di Singapura," tambah pria yang sehari-hari bekerja sebagai pengemudi taksi itu.

Meski sinis, Osman punya harapan positif atas pertemuan antara Donald Trump dan Kim Jong-un yang akan berlangsung pada esok hari.

"Tapi, kalau memang uang itu dibutuhkan untuk menghasilkan perdamaian, memperbaiki hubungan AS - Korea, dan sebagainya, saya rasa tak apa," kata dia lagi.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Pendapat Warga Asing di Singapura

Andrew, warga negara Australia yang beberapa tahun terakhir menetap di Singapura, mengatakan kepada Liputan6.com bahwa agenda KTT Korea Utara - Amerika Serikat yang mempertemukan Kim Jong-un dan Donald Trump hanyalah aksi publisitas semata.

"Semua ini, aksi publisitas saja," kata Andrew menunjuk keramaian di sekitar St Regis jelang kedatangan Kim Jong-un pada Minggu, 10 Juni 2018 sore waktu setempat.

"Ini dilakukan untuk membuat AS dan Korea Utara tampak baik. Tak ada hasil berarti nanti kalau menurut saya," ia menambahkan.

Suga, warga negara Jepang yang berdomisili di Singapura punya pendapat berbeda. Ia optimistis bahwa pertemuan nanti akan membuahkan hasil positif.

"Pertemuan ini sungguh penting. Buat Korea Utara dan AS, mengingat kerumitan hubungan mereka selama ini," kata Suga saat diwawancarai Liputan6.com di luar hotel St Regis, saat menanti kedatangan pertama konvoi Kim Jong-un dan delegasinya.

"Apalagi buat Jepang. Hasil dari pertemuan ini akan sangat penting. Saya harap, kalau KTT membuahkan hasil positif, pada akhirnya, Kim akan mau bertemu dengan (Presiden Jepang) Shinzo Abe untuk memperbaiki hubungan Jepang-Korea Utara yang selama ini cukup buruk," kata Suga.