Liputan6.com, Singapura - Pertemuan Kim Jong-un dan Donald Trump berlangsung cepat: 13 detik bersalaman, 35 menit pembicaraan empat mata, pertemuan delegasi yang tak sampai satu jam, dan dilanjutkan makan siang bersama.
Dan kini, mereka menandatangani sebuah kesepakatan. Yang menurut Donald Trump, ini adalah dokumen yang sangat penting.
"Kami menandatangani dokumen yang sangat penting, dokumen yang cukup komprehensif," kata Donald Trump, yang mengaku terhormat menandatanganinya.
Advertisement
Baca Juga
Dokumen tersebut adalah hasil dari KTT Korea Utara-Amerika Serikat yang berlangsung pada Selasa, 12 Juni 2018 di Singapura.
Dokumen kesepakatan itu ditandatangani kedua pemimpin sekitar pukul 13.35 siang waktu setempat, dua jam usai mereka beserta delegasi kedua negara melaksanakan dialog puncak di Hotel Capella, Pulau Sentosa.
Sementara, Kim Jong-un mengatakan bahwa pertemuan bersejarah kali ini mengawali babak baru hubungan dua negara yang sebelumnya saling bermusuhan -- dengan meninggalkan masa lalu yang kelam.
"Dokumen ini akan menjadi dokumen yang penting dan bersejarah, di mana dunia akan melihat perubahan besar. Saya sangat menghargai Presiden Trump yang membuat ini semua bisa terjadi," kata dia.
Kemudian keduanya tampak menandatangani dokumen tersebut.
Setelah penandatanganan itu, Trump mengatakan sangat bangga dengan hubungan AS-Korea Utara saat ini. "Saya sangat bangga atas hubungan AS - Korea Utara di Semenanjung Korea. Meski banyak situasi yang terjadi di masa lalu," kata dia.
"Kita (kini) memiliki ikatan yang spesial, semua orang akan terkesan dan bahagia. Kita juga akan menyelesaikan masalah yang mengganggu dunia," tambah presiden ke-47 AS tersebut.
Donald Trump mengatakan, apa yang terjadi hari ini lebih baik dari yang bisa diharapkan. "Dan ke depannya akan jauh lebih baik lagi."
Belum jelas apa isi dokumen tersebut. Namun, pihak AS berjanji akan membeberkannya dalam konferensi pers.
Saksikan video menarik soal pertemuan Kim Jong-un dan Donald Trump berikut ini:
Skor 1:0 untuk Korut?
Mata dunia saat ini mengarah ke Pulau Sentosa, Singapura, lokasi di mana pertemuan bersejarah Kim Jong-un dan Donald Trump sedang digelar.
Apapun yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut, menurut Jean H. Lee, ahli Korea Utara dari Wilson Center, jabat tangan keduanya tetap bernilai historis.
"Saya sungguh memikirkan tentang bagaimana isu tersebut akan dimainkan di Pyongyang. Sebab, ini adalah momen yang sangat kuat bagi rakyat Korea Utara," kata dia seperti dikutip dari CNN, Selasa (12/6/2018).
"Itu tersebut akan dirayakan sebagai momentum di mana Amereika Serikat mengakui dan memperlakukan Korea Utara secara setara," kata dia.
Lee menambahkan, kesediaan seorang Presiden AS terbang menempuh jarak setengah lingkaran Bumi untuk menemui seorang pemimpin dari negara yang miskin dan kecil akan memberikan legitimasi besar bagi seorang Kim Jong-un.
"Itu yang ada dalam pikiran Kim Jong-un ketika dia terburu-buru melakukan uji coba senjata nuklirnya -- untuk memaksa Presiden AS datang ke meja perundingan," kata Lee.
"Ini menakjubkan untuk ditonton, sekaligus mengerikan bagi saya. Kita sedang memberikan apa yang dia (Kim Jong-un) inginkan."
Di atas kertas kekuatan Amerika Serikat dan Korea Utara memang tak setara, dari sisi ekonomi, luas wilayah, hingga kedigdayaan militernya.
Advertisement