Sukses

Kesepakatan Donald Trump dan Kim Jong-un Bisa Kembalikan 5.300 Prajurit AS di Korut?

Kelompok veteran AS berharap dapat memulangkan 5,300 prajurit yang tersisa di Korea Utara, pasca-kesepakatan antara Donald Trump dan Kim Jong-un.

Liputan6.com, Washington DC - Di tengah hiruk-pikuk menyambut keberhasilan KTT di Singapura yang mempertemukan Donald Trump dan Kim Jong-un, menerbitkan harapan bagi kelompok veteran di Negeri Paman Sam untuk mengembalikan ribuan prajurit Amerika Serikat (AS) yang tersisa selama Perang Korea.

Kelompok veteran meyakini masih ada sekitar 5.300 anggota militer AS yang hilang atau meninggal di Korea Utara, 65 tahun sejak Perang Korea berakhir.

"Amerika Serikat dan Korea Utara berkomitmen untuk memulihkan kondisi perdamaian, termasuk pemulangan segera dari p yang sudah diidentifikasi," bunyi poin keeempat hasil KTT Singapura yang ditandatangani oleh Donald Trump dan Kim Jong-un.

Seperti dikutip dari Time.com pada Rabu (13/6/2018), Veterans of Foreign Wars, sebuah kelompok yang mengadvokasi atas nama semua veteran, telah melobi Presiden Trump menjelang KTT untuk menangani masalah POW/MIA (tahanan atau hilang dalam perang) dengan Kim Jong-un.

"VFW mengajukan dengan hormat kepada Presiden Trump untuk membahas masalah ini, dan kami berterima kasih kepada pemimpin Korea Utara karena telah menyetujuinya," ujar Keith Harman, komandan nasional Veterans of Foreign Wars.

Menurut Harman, sebagian besar prajurit AS yang tersisa itu telah meninggal, dan jasadnya dikubur secara massal.

Diharapkan olehnya, iklim dingin yang cenderung kering di Korea Utara mampu menyisakan bukti identitas di sisa pakaian yang menempel di masing-masing kerangka prajurit.

"Secara makro, denuklirisasi adalah hal yang luar biasa," kata Harman.

"Dalam pengertian mikro, ini tentang keluarga yang orang-orang tercintanya bertempur dan mati, namun 'terperangkap' di Korea Utara," pungkasnya, seraya berharap pemerintahan Kim Jong-un mempermudah proses terkait.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

2 dari 2 halaman

Bukan Upaya Pertama

Sementara itu, bukan pertama kalinya Amerika Serikat mengupayakan pemulangan prajurit yang tersisa di Korea Utara, baik yang ditawan ataupun yang sudah meninggal.

Antara tahun 1990 dan 2005, kedua negara melakukan koordinasi --yang terseok-seok-- yang berhasil memulangkan setidaknya 229 sisa prajurit, di mana mayoritas telah menjadi jenazah.

Kesepakatan itu berakhir menyusul perkembangan senjata nuklir Korea Utara, dan masalah keamanan terhadap tim pemulihan yang dikirim oleh AS ke Korea Utara.

Meskipun masih belum jelas seberapa sukses langkah untuk denuklirisasi Semenanjung Korea, namun kesepakatan antara untuk memulangkan jenazah prajurit AS itu, bisa mengarah pada hasil nyata bagi keluarga tentara yang hilang.