Sukses

Pertemuan Mendadak Militer Korut dan Korsel, Pertanda Semenanjung Korea Bersatu?

Para pejabat militer Korut dan Korsel melakukan pertemuan mendadak di desa Panmunjom, yang mengindikasikan pembahasan lebih lanjut perdamaian di antara kedua negara.

Liputan6.com, Seoul - Hari ini, para pejabat militer Korea Utara dan Korea Selatan melakukan pertemuan mendadak di desa Panmunjom, tidak jauh dari Zona Demiliterisasi.

Beberapa analis menduga pertemuan itu merupakan desakan Pyongyang, untuk meminta kejelasan tentang kapan Seoul akan menghentikan latihan militer bersama dengan Negeri Paman Sam.

Dikutip dari Time.com pada Kamis (14/6/2018), Presiden Donald Trump sempat melontarkan pernyataan bahwa sekutu harus menghentikan "permainan perang" selama negosiasi nuklir dalam "itikad baik". Pernyataan itu disampaikan dalam sebuah konferensi pers yang digelar sesaat setelah bertemu dengan Kim Jong-un di Singapura, Selasa, 12 Juni 2018. 

Menanggapi keputusan mengejutkan itu, Kantor Kepresidenan Korea Selatan mengaku mencoba memahami makna yang disampaikan oleh Presiden Trump, selain juga mengimbau sekutu untuk "memfasilitasi lebih lanjut" dialog dengan Korea Utara.

Di sisi lain, pertemuan mendadak di desa Panmunjom, dijelaskan oleh Kementerian Pertahanan Korea Selatan, berfokus pada pelaksanaan perjanjian dari pertemuan puncak antara Presiden Moon Jae-in dan Kim Jong-un, yang berlangsung April lalu.

Perjanjian utama dari hasil pertemuan itu adalah komitmen penghentian Perang Korea, yang secara teknis, belum usai sejak gencatan senjata pada 1953 silam.

Selain itu, diskusi terkait juga merupakan pertemua pertama antara militer kedua negara Korea sejak Desember 2007 silam.

"Kami akan menginvestasikan upaya terbaik untuk membawa era baru perdamaian di Semenanjung Korea," kata Kim Do-gyu, Jenderal Militer Korea Selatan, di hadapan wartawan, sesaat sebelum pertemuan dimulai.

Di sebuah gedung di sisi utara Panmunjom, para pejabat Korea Selatan disambut oleh delegasi Korea Utara yang dipimpin oleh Letnan Jenderal An Ik San.

Belum ada rincian pembahasan di antara pejabat militer kedua negara, namun diduga kuat bahwa kedua belah pihak akan melanjutkan pertemuan itu ke dalam agenda diskusi rutin, dan membangungan sambungan telpon langsung (hotline) antara markas masing-masing di Seoul dan Pyongyang.

Muncul pula prediksi bahwa kedua pejabat militer beda negara itu akan membahas upaya pemulihan sisa-sisa Perang Korea 1950-53, terutama tentang identifikasi prajurit yang hilang atau tewas di dalamnya.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

2 dari 2 halaman

Sumber Konflik Semenanjung Korea

Sementara itu, pertemuan puncak antara Presiden Moon Jae-in dan Pemimpin Kim Jong-un pada April lalu, dilakukan setelah muncul dorongan diplomatik Korea Utara, menyusul propaganda senjata nuklirnya pada tahun 2017.

Kedua negara telah menyepakti berbagai hasil positif dari pembicaraan seharian penuh itu, termasuk rencana mengatur reuni antara sekian banyak keluarga yang terpisah oleh Perang Korea.

Tidak ketinggalan, dalam pertemuan itu kedua pemimpin sepakat akan menggabungkan delegasi pada pembukaan Asian Games 2018 pada pertengahan Agustus mendatang.

Semenanjung Korea secara teknis masih berperang, karena konflik 1950-53 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

Latihan militer tahunan antara Washington dan Seoul telah lama menjadi sumber pertikaian besar antara kedua negara Korea. Pyongyang menganggap hal itu sebagai "tindakan provokasi" yang mengancam stabilitas politik regional.

Meski telah dihasilkan Deklarasi Panmunjom yang menyepakati upaya denuklirisasi penuh di Semenanjung Korea, namun Pyongyang masih terus mendesak latihan militer bersama di sekitar kawasan terkait dihentikan.

Baru kemudian ketika Kim Jong-un bertemu Donald Trump di Singapura pada 12 Juni 2018, Amerika Serikat akhirnya memerintahkan penarikan pasuka dan penghapusan latihan militer bersama di sekitar Semenanjung Korea.

Sejak dekade 1970-an, Amerika Serikat dan Korea Selatan telah mengadakan latihan militer bersama di hampir setiap musim panas, dan berjuluk Ulchi Freedom Guardian, yang melibatkan puluhan ribu pasukan.