Sukses

Trump Akhiri Latihan Militer, Bagaimana Nasib 'Permainan Perang' di Semenanjung Korea?

Menanggapi pernyataan Donald Trump untuk mengakhiri latihan bersama, pejabat militer Korsel dan AS bertemu membahas masa depan 'permainan perang' di Semenanjung Korea.

Liputan6.com, Seoul - Para menteri pertahanan Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) telah membahas masa depan "permainan perang" di Semenanjung Korea, menyusul pernyataan Presiden Donald Trump untuk segera menghapus latihan militer bersama di sana.

Dikutip dari BBC pada Jumat (15/6/2018), ada sekitar 29.000 tentara AS yang berbasis di Korea Selatan. Setiap tahunnya, kedua negara secara teratur melakukan latihan militer skala besar, yang sering disebut "permainan perang".

Adapun jadwal terdekat untuk latihan bersama di antara kedua negara, direncanakan berlangsung pada pertengahan Agustus mendatang.

Donald Trump berpendapat bahwa latihan militer bersama di Semenanjung Korea "sangat provokatif". Hal itu bertentangan dengan desakan pemerintah AS sebelumnya, yang menyebut "permainan perang" murni sebagai bentuk defensif.

Secara terpisah, para pejabat militer Seoul dan Pyongyang telah melakukan pertemuan di Panmunjom, yang mengatakan mereka sepenuhnya berkomitmen memulihkan jalur komunikasi pertahanan di antara kedua negara.

Beberapa saat setelahnya, Menteri Pertahanan Korea Selatan Song Young-moo mengadakan pembicaraan dengan sekutunya dari Negeri Paman Sam, James Mattis, untuk membahas masa depan latihan militer bersama.

"Kedua negara sepakat terus memperkuat upaya untuk memberikan dukungan pertahanan, berdasarkan aliansi Korea Selatan-AS yang solid," kata salah seorang juru bicara kementerian pertahanan setempat pada kamis, 14 Juni 2018.

Song mengatakan, kedua sekutu harus "fleksibel" tentang seberapa banyak tekanan militer yang mereka berikan terhadap Korea Utara.

Ia juga menambahkan bahwa AS dan Korea Selatan akan mengadakan pembicaraan lebih lanjut dalam waktu dekat.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Konsesi Besar Korea Utara

Pyongyang telah lama mengutuk latihan militer bersama antara Washington dan Seoul sebagai "tindakan agresi dan provokasi yang tidak dapat diterima".

Calon duta besar berikutnya --pilihan Donald Trump-- untuk Korea Selatan, Harry Harris, mengatakan bahwa "permainan perang" harus dihentikan untuk memungkinkan waktu pengujian komitmen Pyongyang terhadap hasil KTT di Singapura.

Keputusan untuk mengakhiri latihan militer bersama telah dikecam secara luas sebagai konsesi besar bagi Korea Utara.

Di sisi lain, deklarasi bersama yang ditandatangani Donald Trump dan Kim Jong-un telah dikritik karena kurang detail

Oleh beberapa pengamat, Korea Utara setuju untuk "menyelesaikan denuklirisasi di Semenanjung Korea"  dalam istilah yang sangat umum, tanpa garis waktu atau komitmen jelas guna memungkinkan verifikasi internasional.

Seoul dan Pyongyang, sementara itu, telah melanjutkan dialog baru yang mengikuti pertemuan antar-Korea pada bulan April.

Pada hari Kamis, perundingan militer tingkat tinggi pertama dalam lebih dari satu dekade terakhir, menghasilkan kesepakatan kedua negara Korea untuk memulihkan jalur komunikasi mereka.

Hal itu, oleh banyak pengamat, dilihat sebagai gerakan membangun kepercayaan diri yang penting.

Kedua belah pihak juga membahas kelanjutan kerjasama ekonomi, serta mengatur agenda reuni bagi keluarga yang terpisah oleh Perang Korea.