Liputan6.com, Bermuda - Seorang ahli meteorologi mengklaim telah menemukan teori baru dalam memecahkan misteri Segitiga Bermuda. Ia mengungkapkan temuannya melalui acara Science Channel’s “What on Earth?”
Dalam acara itu, ia menjelaskan bahwa di atas "perairan angker" tersebut terdapat awan-awan aneh.
Menurutnya, kumpulan awan itu berkaitan dengan "bom udara" berkekuatan 170 mph. Dengan menggunakan citra satelit radar, ia dan timnya menemukan awan berbentuk "heksagonal" yang lebarnya antara 20 dan 50 mil.
Advertisement
Awan itu terbentuk di atas kumpulan air yang jernih, melayang di atas wilayah perairan Segitiga Bermuda.
Baca Juga
"Citra satelit benar-benar aneh... bentuk heksagonal dari formasi awan. Bentuk heksagonal di laut itu pada dasarnya adalah bom udara. Mereka terbentuk karena adanya semburan mikro (microburst) dan mereka merupakan ledakan udara," ujar Dr. Randy Cerveny, seperti dikutip dari New York Post, Senin (18/6/2018).
Ledakan udara itu, lanjut Randy, sangatlah kuat, yaitu mencapai 170 mph --menyerupai badai, sehingga dengan mudah menenggelamkan kapal dan menarik jatuh pesawat.
Selama berabad-abad, Segitiga Bermuda terkenal karena kerap "menghilangkan" pesawat dan kapal yang melintas di wilayahnya. Namun masih sedikit ilmuwan yang mengungkap teori mengenai kondisi alam di sana.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Bantah Spekulasi, Ilmuwan Ini Akhiri Misteri Segitiga Bermuda
Tahun lalu, seorang ilmuwan asal Australia, Karl Kruszelnicki, membantah sejumlah spekulasi yang beredar soal Segitiga Bermuda. Dengan lantang, ia mengatakan bahwa misteri di sana telah terpecahkan.
Karl bersikeras bahwa alasan di balik lenyapnya kapal dan pesawat di Segitiga Bermuda, sama sekali tak terkait dengan alien, kristal api dari Atlantis yang hilang, atau hal-hal supranatural lainnya.
Ia mengatakan, hilangnya pesawat dan kapal di wilayah imajiner yang menghubungkan tiga titik, yakni Florida, Puerto Rico dan Pulau Bermuda itu, sebenarnya disebabkan karena kesalahan manusia dan cuaca buruk.
Menurutnya, wilayah imajiner yang mencakup 700.000 kilometer persegi di Samudra Atlantik itu, merupakan daerah dengan lalu lintas tinggi. "Letaknya dekat dengan Ekuator, dekat dengan bagian kaya di Bumi -- Amerika -- tentu saja lalu lintas akan tinggi," ujar Karl.
Dikutip dari Independent, Kamis 27 Juli 2017, ia mengatakan, jika jumlah pesawat dan kapal yang hilang dibandingkan dengan yang berhasil 'lolos' setiap harinya, maka angka tersebut tak ada yang aneh.
"Menurut Lloyd's of London dan Coastguard AS, jumlah yang hilang di Segitiga Bermuda sama dengan jumlah di manapun di dunia secara presentase," ujar Karl.
Advertisement