Sukses

Radang Usus Buntu, Tersangka Teror Paris Dilarikan ke Rumah Sakit

Tersangka teror Paris dibawa ke rumah sakit yang jaraknya jauh dari penjara isolasinya.

Liputan6.com, Paris - Tersangka serangan teror Paris, Salah Abdeslam, dilaporkan menderita radang usus buntu. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (20/6/2018). Pria yang melakukan serangan mematikan pada November 2015 ini dilarikan ke rumah sakit dari penjaranya dengan pengawalan ketat.

Abdeslam, yang merupakan warga Prancis kelahiran Belgia 28 tahun silam, dibawa ke rumah sakit yang jaraknya 15 kilometer dari sel tahanannya di selatan Paris, kata pejabat penjara.

Pria keturunan Maroko tersebut tengah menjalani masa hukuman 20 tahun bui dan ditempatkan di sel isolasi. Ia adalah satu-satunya anggota teroris yang masih hidup, yang menyebabkan 130 orang tewas di sekitar Paris. Aksi terror itu kemudian diklaim oleh ISIS.

Di Belgia, ia dan kaki tangannya, Sofiane Ayari, pemuda Tunisia berusia 24 tahun, dijatuhi hukuman 20 tahun penjara karena terlibat baku tembak dengan polisi di Brussel, yang menyebabkan mereka ditangkap.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Ditangkap Gara-Gara Piza

Salah Abdeslam menjadi salah satu orang paling dicari di muka Bumi. Anggota ISIS tersebut dianggap bahaya setelah diyakini menjadi dalang serangan teror Prancis pada 13 November 2015, yang menewaskan 130 orang.

Perburuan selama 4 bulan yang dilakukan kepolisian Prancis dan Belgia, akhirnya berakhir Jumat 18 Maret 2016.

Yang menarik, penangkapan Abdeslam dimungkinkan berkat piza.

Awalnya, 6 polisi yang bertugas patroli siang mengecek sebuah rumah, yang diyakini bekas markas para teroris di Forest, wilayah pinggiran Brussel. Tiba-tiba, mereka diberondong senapan Kalashnikov, 4 dari mereka terluka.

Polisi bersenjata kemudian mengejar para tersangka ke atap bangunan. Penggerebekan itu menewaskan seorang tersangka.

Di dalam bangunan itu, aparat menemukan sidik jadi Abdesalam yang menempel di gelas. Itu meyakinkan mereka bahwa tersangka utama ada di dekat mereka.

Pada Rabu 16 Maret 2016, seorang perempuan yang tinggal di sebuah rumah di kawasan Molenbeek, 450 meter dari rumah Abdeslam memesan sejumlah piza. Pesanan dalam jumlah besar tersebut menguatkan keyakinan polisi bahwa ada banyak orang yang ada di dalamnya.

Dua hari kemudian, polisi menggerebek rumah tersebut. Di dalamnya mereka menemukan seorang perempuan bersama dua rekannya, beberapa anak-anak, dan Abdeslam.

Tersangka utama secara dramatis tertembak di bagian kaki dan ditahan. Aparat mengatakan, Abdeslam membawa dokumen palsu.

Penanggapan Abdeslam adalah langkah vital dalam investigasi kasus serangan teror paling mematikan di Prancis.

Polisi menduga, Abdeslam mengarahkan 3 bomber yang meledakkan bom bunuh diri di Stade de France.

Saudaranya, Ibrahim meledakkan diri luar kafe Comptoir Voltaire. Sementara, Salah Abdeslam diyakini membuang rompi peledaknya di tumpukan sampah di Paris, selatan sebelum menghubungi rekannya, memintanya untuk mengantarnya ke Brussel.

Pria 26 tahun itu menjadi tersangka pertama yang ditangkap hidup-hidup.