Liputan6.com, Paris - Asosiasi pedagang daging di Prancis telah menulis permohonan kepada pemerintah untuk melindungi mereka dari ancaman kelompok vegan, yang dinilai semakin militan.
Dalam surat permohonan tersebut, mereka menuduh para penganut gaya hidup vegetarian berupaya melenyapkan budaya menyantap daging di Prancis.
Dikutip dari BBC, Rabu (27/6/2018), para tukang daging itu juga mengklaim beberapa toko diserang oleh tindak vandalisme, berupa pelemparan batu, coretan grafiti, dan penempelan stiker yang berisi pernyataan kontra terhadap sumber pangan hewani.
Advertisement
Mereka juga mengklaim, bahwa dalam beberapa bulan terakhir, sebanyak 15 toko daging di Prancis disiram dengan darah palsu.
Baca Juga
Kepala asosiasi terkait, Jean-François Guihard, mengatakan dalam surat permohonan tersbeut, bahwa serangan semacam itu adalah bentuk terorisme.
"Ini merupakan teror yang dicari oleh orang-orang yang gemar menabur benci, yang berusaha menghilangkan bagian penting dari budaya Prancis," tulisnya.
"Kelompok vegan memaksa publik tentang gaya hidup yang mereka jalani, dan bahkan bisa saja mereka telah melakukan militansi penyebaran ideologi yang mereka yakini,"Â ucap Guihard dalam isi surat permohonan terkait.
Menurut Guihard, kelompok penganut gaya hidup vegetarian hanya mencapai beberapa persen dari total populasi Prancis. Ia merujuk hasil sebuah survei pada 2016, yang memperkirakan tiga persen warga Negeri Menara Eiffel itu sebagai penganut gaya hidup yang berpantang pada sumber pangan hewani.
"Cara hidup vegan telah berlebihan di media," kata Guihard, yang menudingnya berkontribusi pada intoleransi di tengah masyarakat Prancis.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
Tukang Daging Dianggap Terhormat
Oleh masyarakat Prancis, tukang daging memiliki tempat yang terhormat dalam kehidupan tradisionalnya, karena menyertai perkembangan seni kuliner lokal yang mendunia.
Adapun laporan mengenai keterancaman terhadap eksistensi kelompok vegan, menurut laporan BBC di Paris, bukanlah hal yang sepenuhnya baru.
Seorang pemilik toko daging di Paris menggambarkan "konflik dengan vegan" bermula sekitar 20 tahun silam, ketika gaya hidup vegan mulai dipopulerkan oleh media populer.
Sebagai imbas penuruan penjualan daging, asosiasi terkait telah mengajukan banding kepada pemerintah Presiden Emmanuel Macron, untuk mencegah langkah-langkah yang mereka anggap sebagai "kebijakan anti-daging".
Salah satu yang disinggung adalah keinginan produsen makanan untuk menghentikan penggunaan istilah olahan protein hewani, seperti steak dan sosis, untuk produk non-daging.
Mereka juga mengaku keberatan tentang proposal untuk mengharuskan sekolah mengenalkan hidangan vegetarian. Beruntung, hal itu ditolak oleh parlemen Prancis.
Di lain pihak, seorang akitivis vegan di Prancis dijatuhi hukuman penjara pada bulan Maret, karena mengunggah status di Facebook yang mengatakan bahwa pembunuhan seorang tukang daging oleh militan dianggap "sebuah keadilan".
Advertisement