Liputan6.com, Pyongyang - Kim Jong-un memerintahkan eksekusi mati seorang pejabat militernya. Gara-garanya, pria berpangkat letnan jenderal tersebut memberi tambahan jatah makanan dan bahan bakar untuk pasukannya.Â
Letnan Jenderal Hyon Ju-song ditembak dengan 90 butir peluru oleh regu tembak beranggotakan sembilan orang. Kim Jong-un menjatuhinya hukuman mati setelah dinyatakan bersalah atas tuduhan menyalahgunakan kekuasaan, mengambil keuntungan dari musuh, dan mengambil bagian dalam tindakan anti-partai.
Menurut laporan setempat, seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (28/6/2018), Hyon Ju-song dieksekusi di pusat latihan tembak Akademi Militer Kang Kon yang terletak di Distrik Sunan, Pyongyang.
Advertisement
Baca Juga
NK Daily melaporkan bahwa "kejahatan" Hyon Ju-song mendistribusikan pasokan tambahan kepada anak buahnya di sebuah stasiun peluncuran satelit terjadi pada April 2018.
Pernyataan yang ia lontarkan kala itu dianggap menghina kebijakan pengetatan anggaran yang dilakukan rezim Kim Jong-un demi mewujudkan ambisi penambahan senjata dan nuklirnya.Â
"Saat memeriksa pasokan minyak untuk Stasiun Peluncuran Satelit Sohae, selama inspeksi komprehensif terhadap persediaan masa perang pada 10 April, Hyon menyatakan 'Kami tidak lagi harus menderita dan mengencangkan ikat pinggang untuk membuat roket atau senjata nuklir'," demikian diungkap media NK Daily.
"Itu dilihat sebagai penyalahgunaan wewenang dan pernyataan berkhianat yang menentang kebijakan militer Partai."
Hyon Ju-song juga dianggap melanggar 19 prinsip pembentukan One Ideology System atau Sistem Ideologi Tunggal Partai," demikian laporan media tersebut.
Sang jenderal juga meminta pasukannya untuk mengirim 1 ton bahan bakar, 580 kg beras, dan 750 kg jagung kepada petugas militer di stasiun peluncuran satelit dan untuk keluarga mereka.
Namun, kemurahan hati itu tak direstui Kim Jong-un. Ia menganggap Jenderal Hyon tak menjaga kerahasiaan partai, militer dan pemerintah.Â
Saksikan juga video berikut ini:
Kim Jong-un Eksekusi 11 Musikus dengan Dilindas Tank
Sebelumnya, seorang pembelot Korea Utara bersuara tentang kejahatan rezim Kim Jong-un. Perempuan itu mengatakan, pemimpin Korut tersebut mengeksekusi 11 musikus dengan senjata anti-pesawat.
Menurut pembelot itu, setelah mengeksekusi, Kim Jong-un memerintahkan stafnya untuk mencari budak seks di sekolah.
Dikutip dari The Independent pada Jumat 22 September 2017, eksekusi itu wajib dipertontonkan di depan 1.000 orang. Sebanyak 11 musikus itu dihukum karena dituduh telah membuat video porno di akademi militer Pyongyang.
"Mereka dibombardir peluru dari senjata anti-pesawat. Tubuh mereka langsung terkoyak, hancur. Darah dan potongan daging beterbangan kemana-mana," kata pembelot berusia 26 tahun itu yang bernama Hee Yeon-lim.
"Belum selesai sampai di situ, kendaraan tank kemudian menggilas sisa-sisa tubuh hingga penyek," lanjutnya.
Melihat kekejian Kim Jong-un, ia memutuskan kabur ke China lalu ke Seoul, Korea Selatan. Misi itu ia lakukan setelah ayahnya meninggal dunia tahun 2015.
Ia baru berani membelot mengingat sang ayah adalah militer Korea Utara berpangkat kolonel. Saat masih hidup, perempuan itu bersama keluarganya merasakan keistimewaan. Sang pembelot bahkan kerap bertemu langsung dengan Kim Jong-un.
"Kim..., saya pernah bertemu beberapa kali. Ia adalah sosok yang mengerikan," katanya kepada Daily Mirror.
Hee Yeon-lim juga mengklaim diktator itu memiliki bunker persembunyian yang berlapis.
"Sulit bagi tentara Barat untuk menemukannya," ujar Hee lagi.
Sikap Korea Utara yang menutup diri membuat sulit untuk memverifikasi klaim para pembelot, termasuk Hee.
Namun, Dr Colin Alexander, dari Nottingham Trent University mengatakan, "Dalam beberapa kasus ada kemungkinan perbudakan di Korea Utara, termasuk budak seks. Juga ada kekejian dalam eksekusi siapapun yang berkhianat."
Advertisement