Liputan6.com, Kuala Lumpur - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad dikabarkan ingin memperkuat "hubungan baik" dengan China, tetapi mendesak investor Negeri Tirai Bambu untuk tidak hanya mengandalkan kerjasama ekspor material, modal dan tenaga kerja, tanpa memberi manfaat nyata.
Seperti Dikuip dari hasil wawancara dengan surat kabar South China Morning Post pada Kamis (28/6/2018), pemimpin berjuluk Dr M itu menyebut pendahulunya, Najib Razak, terlalu lalai dalam menyetujui proyek-proyek yang didukung China, sehingga memberi sedikit manfaat bagi pemain lokal.
Sebelumnya, dalam kampanye pemilu terakhir, Mahathir sempat beberapa kali menyerang Najib dengan tudingan "menjual negara ke China", sebagai imbalan bantuan dalam penyelesaian utang terkait skandal korupsi IMDB bernilai miliaran dolar.
Advertisement
Meski telah berupaya menyangkal keras tudingan tersebut, namun kini Najib tengah menjalani penyelidikan, dan menurut banyak pengamat, kemungkinan ia akan segera didakwa.
Secara luas, Najib dilihat oleh pengamat kebijakan luar negeri, telah membawa Malaysia lebih dengan China selama beberapa tahun terakhir dari masa jabatan hampir satu dekade pertamanya.
Di bawah kepemimpinannya, Malaysia menjadi salah satu penerima investasi terbesar terkait gagasan One Belt One Road Beijing atau Jalur Sutra Baru, di mana Negeri Jiran memperoleh kesepakatan investasi senilai US$ 34,2 miliar, atau setara Rp 464 triliun.
Investasi raksasa itu dimaksudkan oleh China sebagai upaya memperbesar pengaruh perdagangan internasionalnya di sepanjang Jalur Sutra Baru.
Baca Juga
Mahathir Mohamad mengatakan, ia juga ingin memiliki hubungan yang baik dengan Beijing dan akan menyambut setiap investasi asing yang bisa menambah lapangan pekerjaan di semua tingkatan, mentransfer teknologi dan keterampilan, dan memperluas pasar global untuk produk-produk Malaysia.
PM Mahathir juga menegaskan bahwa pandangannya yang negatif terhadap beberapa kesepakatan dengan China, tidak lantas ia memusuhi Beijing.
"Malaysia dan China telah mengembangkan hubungan yang sangat baik selama saya menjabat sebagai perdana menteri dulu, begitu juga setelahnya," ujar PM Mahathir.
"Kami terkadang menjadi juru bicara untuk China, karena ke mana pun saya pergi, orang-orang bertanya kepada saya, 'Apa pendapat Anda tentang China? Apakah kamu tidak takut?'. Saya katakan, 'Tidak ada yang perlu ditakuti'. Kami telah berteyangga selama lebih dari 2.000 tahun," lanjutnya menjelaskan.
Ditambahkan oleh Mahathir Mohamad bahwa ia selalu menganggap China sebagai tetangga baik, dan menjadi pasar besar untuk apapun yang Malaysia hasilkan.
"Malaysia adalah negara perdagangan. Kami membutuhkan pasar, jadi kami tidak mungkin bertengkar," pungkas Dr M.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
Kesepakatan Harus Jelas
Meski terbuka menyambut kerja sama lebih jauh dengan China, namun Mahathir Mohamad menegaskan bahwa kesepakatan yang tidak jelas, tidak akan diterima di bawah kepemimpinannya.
Ia menyinggung kasus Link, nama proyek jaringan rel kereta cepat yang menghubungkan pesisir tenggara Malaysia dengan Kuala Lumpur senilai 55 miliar ringgit, atau setara Rp 194 triliun.
Mahathir mencerca Najib Razak atas kasus tersebut, karena menawarkan proyek tanpa tender kepada China Communications Construction Company, yang dinilainya terlalu mahal.
Dr M juga memperingatkan kontraktor tersebut untuk tidak 100 persen menggunakan tenaga kerja dan material dari China, seperti yang ia sebut kerap terjadi pada berbagai perjanjian sebelumnya dengan Negeri Tirai Bambu.
Sementara itu, Mahathir menegaskan kembali dukungannya untuk mega program "One Belt and One Road Initiative" gubahan Presiden Xi Jinping. Dr M menceritakan kembali sebuah anekdot tentang bagaimana ia sebelumnya menulis kepada pemimpin China untuk menyarankan pembangunan "kereta super", dengan perluasan kapasitas yang dapat melengkapi rute Eurasia dan perdagangan laut.
Sejak kembali berkuasa, Mahathir telah mengutip anekdot ini ketika ditanya tentang apakah ia mendukung rencana ambisius tersebut.
Mahathir mengatakan bahwa dimasukkannya unsur laut ke proyek ambisius tersebut bertujuan untuk mendukung pengembangan pelabuhan di Asia.
Advertisement