Sukses

Gara-Gara Bangau, Tagihan Telepon di Polandia Sampai Rp 38 Juta

Gara-gara seekor bangau, sebuah badan di Polandia menerima tagihan ponsel lebih dari 10.000 zloty atau sekitar 38 juta rupiah.

Liputan6.com, Warsawa - Sebuah badan di Polandia harus merugi setelah menerima tagihan pulsa yang sangat mahal. Hal itu dikarenakan oleh seekor bangau yang kabur dan hilang dari pantauan.

Dikutip dari laman BBC, Sabtu (30/6/2018), kejadian bermula ketika badan tersebut kehilangan sebuah alat pelacak GPS yang dipasang pada punggung seekor bangau.

Hal ini dimaksud agar peneliti dapat melacak prilaku migrasi burung tersebut. Dalam keterangan yang tercatat, bangau itu telah terbang sejauh 6.000 kilometer -- tepatnya di Lembah Nil Biru, sebelah timur Sudan, sebelum akhirnya kehilangan kontak.

Badan lingkungan bernama Ecologic tersebut mengatakan bahwa ada seseorang yang telah mengambil alat pelacak tersebut. Kemudian orang tak bertanggung jawab itu mengambil kartu SIM-nya untuk dipergunakan secara pribadi.

Bahkan, orang tersebut menggunakan telepon lebih dari 20 jam. Sehingga badan tersebut harus membayar tagihan telepon yang membengkak.

Mereka menerima tagihan ponsel lebih dari 10.000 zloty atau sekitar 38 juta rupiah.

Pemasangan pelacak pada burung bangau memainkan peran penting dalam riset lingkungan dan konservasi tentang migrasi para burung, dan data dari pelacak mikro-GPS dapat membantu para ilmuwan dalam mengamati kebiasaan burung-burung itu, perilaku sosial mereka dan juga berbagai jenis ancaman yang mereka hadapi.

Meskipun jenis burung bangau putih saat ini belum dalam kondisi terancam, namun industrialisasi dan pengeringan lahan basah membuat spesies ini mendekati status kepunahan di Eropa sekitar lima puluh tahun yang lalu.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Kakaktua 'Kunyah' Kabel Jaringan Internet

Hal lain yang terbilang unik juga pernah terjadi di Australia. Sebuah perusahaan nasional milik Negeri Kanguru yang bergerak di bidang jaringan, tengah berupaya untuk meningkatkan pelayanannya dengan melakukan perbaikan koneksi internet yang masih dinilai lambat.

Meski segala upaya telah dilakukan, tampaknya hal itu tak berjalan lancar. Ada saja halangan yang mereka temukan.

Dilansir dari laman BBC, ternyata salah satu penyebab yang luput dari pantauan pihak penyedia jaringan adalah ulah burung kakaktua yang merusak kabel internet.

Beberapa waktu belakangan, jaringan internet di Australia kerap dikritik oleh pengguna karena dinilai lambat dan menempati peringkat ke 50 di dunia dalam urusan kecepatan internet.

NBN -- perusahaan penyedia jaringan -- telah merogoh kocek puluhan hingga ratusan ribu dolar untuk memperbaiki kabel yang rusak akibat gigitan burung.

Dalam pemeriksaannya, teknisi di lapangan menemukan beberapa kabel yang rusak dan terkelupas akibat patukan burung kakaktua.

Hingga kini, NBN sudah mengahabiskan dana sekitar Rp 800 juta untuk perbaikan kabel.

"Burung kakaktua biasanya makan buah-buahan, kayu dan kacang. Jadi merusak kabel adalah kebiasaan yang tak lazim bagi mereka," ujar pihak NBN.

"Salah satu alasan yang kami duga, kabel itu menarik perhatiannya," tambahnya.

Wakil Manajer Pelaksana NBN Chedryian Bresland mengatakan, serangan burung tersebut tidak terduga.

"Burung-burung itu tampaknya menyukai kabel-kabel kami," ujar Bresland.

Kini, pihak NBN telah memasang bahan pengaman yang lebih murah untuk kabel-kabel jaringan internet. Meski murah, pelindung itu dapat menjaga permukaan kabel dari serangan burung dan jauh menghemat anggaran.