Liputan6.com, Pyeongtaek - Markas Komando Militer Amerika Serikat di Korea Selatan atau US Forces Korea (USFK) berpindah lokasi, dari yang semula di Ibu Kota Seoul, ke Kota Pyeongtaek di bagian selatan Negeri Ginseng.
Mulai Jumat, 29 Juni 2018, USFK secara resmi menempati fasilitas baru dalam kompleks United States Army Garrison-Humphreys (USAG-H) di Pyeongtaek atau populer dengan nama Camp Humphreys, pangkalan militer yang dioperasikan AD-AS sejak 1950.
Semula, USFK menempati fasilitas dalam kompleks USAG-Yongsan di Seoul atau populer dengan nama Yongsan Garrison, pangkalan militer AD-AS yang berdiri sejak Oktober 2006.
Advertisement
Pemindahan itu tampak menunjukkan pergeseran prioritas militer AS, yang semula berfokus untuk memberikan perlindungan bagi Korea Selatan dari Korea Utara, menjadi mengambil peran yang lebih luas dalam aspek geo-politik di kawasan Asia Pasifik. Demikian seperti dikutip dari Nikkei Asia Review, Minggu (1/7/2018).
Kini, secara spasial, markas komando USFK di Camp Humphreys berjarak semakin jauh dari Korea Utara, yakni sekitar 79 km. Sedangkan saat masih bermarkas di Seoul, jarak markas komando USFK ke Korea Utara hanya berkisar 56 km.
Baca Juga
"Mereka (USFK) tak hanya berkontribusi pada keamanan di Semenanjung Korea, namun juga sebagai penjaga perdamaian dan stabilitas di Asia Utara," kata Menteri Pertahanan Korea Selatan Song Young-moo dalam seremoni peresmian fasilitas baru USFK di Camp Humphreys.
Fasilitas itu dekat dengan Pangkalan Udara AU AS di Osan dan Pelabuhan Pyongtaek, sehingga memudahkan konektivitas, transportasi, dan distribusi suplai untuk berbagai macam kebutuhan militer Amerika dan koalisi di Asia Timur dan Asia Pasifik.
Pyeongtaek juga berada di seberang Laut Kuning dari Qingdao, pelabuhan asal kapal induk Liaoning China, serta berjarak lebih dekat ke kawasan kepulauan utama Jepang --salah satu sekutu AS di kawasan.
US Forces Korea kini bergabung bersama US Eight Army, formasi besar (field army) AD-AS dan pasukan penggempur utama Amerika di Korea Selatan, yang telah direlokasi dari USAG-Yongsan ke USAG-H sejak Juli 2017.
Divisi Infanteri AD-AS ke-2 (2nd Infantry Division), yang ditugaskan sebagai pasukan pertahanan AS untuk melindungi Korea Selatan dari potensi invasi tentara Korea Utara, juga akan direlokasi dari Seoul Utara ke Pyeongtaek pada akhir tahun ini.
Rencana untuk memusatkan pasukan AS di Pyeongtaek telah digagas sejak 2003 atas usulan Presiden Korea Selatan Roh Moo-hyun. Tujuannya, guna memudahkan kemampuan mobilitas laut dan udara pasukan Amerika untuk menjangkau, tak hanya kawasan Semenanjung Korea, namun juga seluruh wilayah Asia Pasifik.
Simak juga video pilihan berikut:
AS dan Korea Selatan Sepakat Hentikan Latihan Militer
Pemindahan itu terjadi beberapa pekan setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan sepakat untuk menangguhkan latihan militer bersama bernama Freedom Guardian, yang dijadwalkan pada Agustus 2018 mendatang, kata pejabat dari kedua negara.
Keputusan itu datang sepekan usai pertemuan puncak Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Singapura.
"Korea Selatan dan Amerika Serikat telah setuju untuk menunda semua kegiatan mengenai latihan militer Freedom Guardian yang dijadwalkan pada Agustus," kata pernyataan Kementerian Pertahanan Korea Selatan, seperti dikutip dari ABC.net.au, Selasa 19/6/2018).
Di sisi lain, Kementerian Pertahanan AS turut membenarkan penangguhan latihan Freedom Guardian itu dan menambahkan bahwa akan ada pertemuan antara menteri pertahanan serta penasihat kepresidenan bidang keamanan nasional kedua negara untuk membahas topik serupa.
Tahun lalu, 17.500 tentara AS dan lebih dari 50.000 pasukan Korea Selatan berpartisipasi dalam Freedom Guardian, latihan gabungan tahunan rutin yang kebanyakan difokuskan pada simulasi komputer daripada latihan lapangan langsung yang menggunakan senjata, tank atau pesawat terbang.
Keputusan untuk menghentikan latihan militer di Korea Selatan telah membingungkan banyak pejabat pertahanan AS. Mereka mengaku baru mengetahui hal tersebut ketika Trump menyatakannya perdana dalam konferensi pers di Singapura, usai bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada 12 Juni 2018.
Saat itu, Trump mengemukakan bahwa alasan utama untuk menghentikan latihan perang gabungan AS-Korsel adalah karena biaya mahal yang digelontorkan oleh Washington.
"Bagi saya, alasan menghentikannya demi penghematan biaya tidak terlalu masuk akal," kata Abraham Denmark, mantan Deputi Asisten Menteri Pertahanan Bidang Kawasan Asia Timur di bawah mantan presiden Barack Obama.
Patut diingat bahwa Korea Utara telah lama memprotes latihan militer gabungan tersebut. Sehingga banyak pihak menilai bahwa keputusan Trump untuk menghentikan kegiatan rutin tahunan itu merupakan daya tawar AS demi 'membujuk' Korea Utara agar mau melakukan denuklirisasi --sebuah target yang sangat ingin dicapai oleh sang miliarder nyentrik.
Advertisement