Liputan6.com, Kabul - Sebuah serangan bom bunuh diri terjadi di Kota Jalalabad, timur Afghanistan pada Minggu, 1 Juli 2018 waktu setempat. Menewaskan setidaknya 19 orang, yang sebagian besar penganut Sikh -- agama minoritas di negara itu.
Menurut polisi, seluruh korban tewas diketahui melakukan perjalanan untuk menemui Presiden Ashraf Ghani, yang saat itu tengah mengunjungi Provinsi Nangarhar, ketika serangan bom bunuh diri terjadi.
Dikutip dari BBC pada Senin (2/7/2018), salah seorang dari korban tewas merupakan satu-satunya kandidat Sikh yang akan berpartisipasi dalam pemilu parlemen Afghanistan pada Oktober mendatang.
Advertisement
Hal ini menegaskan bahwa Awtar Singh Khalsa, satu-satunya kandidat Sikh yang ikut dalam pemilu pada 20 Oktober, termasuk di antara yang tewas.
Baca Juga
Kelompok militan ISIS mengatakan bahwa mereka bertanggung jawab atas serangan maut di Afghanistan itu.
Beberapa jam sebelum serangan bom bunuh diri, Presiden Ghani baru saja meresmikan sebuah rumah sakit di Jalalabad, yang merupakan bagian dari kunjungan dua hari ke Provinsi Nangarhar.
Para pejabat setempat mengatakan bahwa sang presiden tidak berada di lokasi kejadian, ketika bom meledak.
Kepala Departemen Kesehatan provinsi Nangarhar, Najibullah Kamawal, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa 17 dari mereka yang tewas merupakan penganut Sikh dan Hindu. Sementara, 20 orang lainnya yang dilaporkan selamat, mengalami luka-luka, namun tidak sampai kondisi parah.
Menurut juru bicara gubernur Provinsi Nangarhar, Attaullah Khogyani, pelaku pengeboman menyasar kendaraan terkait ketika melewati alun-alun Mukhaberat di pusat Jalalabad. Ledakan itu merusak toko-toko dan gedung-gedung di sekitarnya, dan menjadi salah satu yang terburuk di Afghanistan dalam tiga tahun terakhir.
Simak video pilihan berikut:
Telah Menetap Ratusan Tahun
Meski menjadi kelompok minoritas di negeri mayoritas muslim, penganut Sikh dan Hindu telah tinggal di wilayah Afghanistan sejak ratusan tahun lalu.
Namun, dalam kurun waktu hampir dua dekade terakhir, banyak dari komunitas mereka beremigrasi, mengajukan suaka ke India dan Sri Lanka karena ancaman kekerasan yang terus berulang.
IS mengatakan pada kantor berita Amaq bahwa mereka berada di balik serangan tersebut, meski tidak memberikan bukti jelas tentangnya.
Bom bunuh diri itu merupakan serangan terakhir pasca-gencatan senjata selama tiga hari, yang diberlakukan pada bulan lalu antara pasukan pemerintah dan Taliban.
Gencatan senjata dalam waktu singkat tersebut tidak termasuk aksi ISIS yang memerangi Taliban dan pasukan pemerintah.
Advertisement