Sukses

Disebut Ada Kemajuan soal Denuklirisasi, Menlu AS Terbang ke Korea Utara

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dikabarkan terbang ke Pyongyang untuk memantau kemajuan denuklirisasi, yang sebelumnya disampaikan oleh Gedung Putih.

Liputan6.com, Washington DC - Muncul kekhawatiran bahwa Korea Utara terlihat memperkuat proyek nuklirnya, bukan mengurangi seperti yang disepakati dalam pertemuan antara Kim Jong-un dan Donald Trump di Singapura, awal Juni lalu.

Namun, menurut Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo, yang akan melakukan perjalanan ketiga kalinya ke Pyongyang pada pekan ini, komitmen yang disepakati oleh kedua negara telah menunjukkan kemajuan positif. 

"Kami terus mencapai kemajuan, termasuk pada pertemuan yang kami lakukan kemarin (KTT di Singapura)," ujar juru bicara Gedung Putih, Sarah Huckabee Sanders, sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (3/7/2018).

"Menteri Luar Negeri Pompeo akan berada di sana (Pyongyang) pada akhir pekan ini, untuk melanjutkan pembicaraan di Singapura kemarin," kata dia.

Mike Pompeo mengadakan kunjungan pertama kali ke Korea Utara pada awal 2018, ketika masih menjabat sebagai direktur badan intelijen AS, CIA. Kala itu, ia membawa misi persiapan pertemuan antara Donald Trump dan Kim Jong-un, yang belum ditentukan jadwal dan lokasi pastinya.

Adapun perjalanan kedua dilanjutkan ketika ia telah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS, dan beberapa waktu setelah Kim Jong-un pergi ke Zona Demiliterisasi untuk bertemu dengan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, yang kemudian menghasilkan Deklarasi Panmunjom. 

Saat itu, Pompeo ditugaskan untuk membahas persiapan menuju pertemuan puncak antara Donald Trump dan Kim Jong-un, yang ditetapkan di Singapura pada 12 Juni. 

Kini, Pompeo akan kembali bertolak ke Pyongyang pada 5-7 Juli 2018, untuk membahas tentang perkembangan komitmen perdamaian di Semenanjung Korea, termasuk janji denuklirisasi penuh oleh Korea Utara. 

 

Simak video pilihan berikut: 

 

2 dari 2 halaman

Presiden Trump Ragu

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan pada Minggu, 1 Juli 2018, bahwa kesepakatan yang ia klaim mengakhiri ancaman nuklir Korea Utara, ada kemungkinan tidak berhasil.

Sehari setelah muncul laporan bahwa Pyongyang meningkatkan produksi uranium di situs-situs rahasianya, Fox Business merilis hasil wawancara dengan Presiden Trump, yang menekankan apakah ia percaya Kim Jong-un memiliki "chemistry yang hebat", atau melakukan penegasan kembali terhadap komitmen penghentian program nuklir Korea Utara.

"Saya membuat kesepakatan dengannya, saya berjabat tangan dengannya, saya benar-benar percaya dia melakukannya (komitmen penghentian nuklir)," kata Trump, sebagaimana dikutip dari The Guardian.

"Sekarang, mungkinkah? Apakah saya pernah berurusan dengan Anda, pernahkah Anda berada dalam berbagai hal di mana, orang-orang tidak berhasil? Itu mungkin," kata dia.

Kata-kata Donald Trump di atas, oleh beberapa pengamat, disebut membalikkan apa yang pernah diucapkannya ketika kembali dari Singapura, bahwa Kim Jong-un sepakat membawa Korea Utara mengakhiri ambisi nuklirnya.

"Baru saja mendarat - perjalanan panjang, tetapi semua orang sekarang bisa merasa jauh lebih aman dibandingkan ketika pertama kali saya menjabat," twit Trump pada 13 Juni lalu.

"Tidak ada lagi Ancaman Nuklir dari Korea Utara. Bertemu dengan Kim Jong-un adalah pengalaman yang menarik dan sangat positif. Korea Utara memiliki potensi besar untuk masa depan!" lanjut twit-nya.