Liputan6.com, Jakarta - Suatu pagi yang panas di bulan Juni 1885, bocah bernama Joseph Meister yang sedang demam tinggi diseret paksa sang ibu. Mereka menyusuri jalanan kota Paris untuk mencari ilmuwan tak dikenal, yang berdasarkan desas-desus punya kemampuan mencegah rabies.
Beberapa hari sebelumnya, bocah sembilan tahun itu digigit seekor anjing gila. Hewan besar itu menancapkan giginya ke sekujur tubuh Meister, meninggalkan total 14 luka.
Kala itu, di Abad ke-19, rabies adalah penyakit berbahaya dan punya efek menggemparkan, mirip SARS, Ebola, dan Zika saat ini.
Advertisement
Baca Juga
Sang ibu yang khawatir bukan kepalang itu membawa putranya itu dari kampung halamannya di Alsace ke ibukota Prancis. Setelah berkeliling tanpa hasil, pada siang hari keduanya bertemu seorang dokter muda di sebuah rumah sakit.
"Maksud Anda, (Louis) Pasteur?," kata dokter itu, seperti dikutip dari Time, Kamis (5/7/2018). "Saya akan membawa Anda ke sana."
Kala itu Louis Pasteur, yang adalah ahli biologi, memelihara sejumlah anjing gila, yang ditempatkan dalam kandang di laboratoriumnya yang kecil lagi padat.
Dari sejumlah penelitian yang dilakukan, ia membuat vaksi anti-rabies. Dihujani kritik dari para dokter, Pasteur tak pernah mengujicobakan temuannya itu ke manusia.
Cucuran air mata Nyonya Meister membuatnya bertindak. Meski, taruhannya berat. Louis Pasteur bukan dokter yang berhak ambil tindakan. Jika hal tak diinginkan terjadi, ia bakal kena batunya.
Apalagi, gelar doktor yang disandangnya diberikan dalam bidang kimia dan fisika, bukan kedokteran. Pasteur juga belum bisa membuktikan bahwa vaksin rabies temuannya efektif dan tak justru membahayakan nyawa pasien.
"Karena kematian pada anak tersebut sepertinya tak terelakkan, saya memutuskan, meski dalam kondisi cemas bukan main, untuk mencoba metode yang terbukti berhasil secara konsisten pada anjing," kata Pasteur seperti dikutip dari PBS.
Atas izin ibu korban, Pasteur kemudian membawa bocah tersebut ke Hotel-Dieu. Di sana, ia menyuntikkan cairan dari bahan sumsum tulang belakang kelinci yang telah mati karena rabies.
Selama tiga pekan kemudian, Pasteur mengawasi dengan cemas di samping tempat tidur Joseph Meister.
Ternyata tak ada apapun yang terjadi! Pasteur dengan percaya diri mengumumkan, berkat vaksinnya, bocah Meister berhasil membangun imunitas terhadap virus rabies.
Joseph Meister akhirnya pulih sepenuhnya dari dampak gigitan anjing gila. Louis Pasteur pun kemudian mempekerjakannya sebagai tukang bersih-bersih di Pasteur Institute.
Kemudian, pada musim gugur, Akademi Keilmuwan Prancis mengakui kesuksesan Louis Pasteur. Tak lama setelahnya, ratusan orang korban rabies bergegas menemuinya.
Â
Saksikan video menarik soal rabies berikut ini:Â
Mitos Vs Fakta Soal Nasib Joseph Meister
Setelah mendapatkan vaksin, Joseph Meister pulih sepenuhnya dari rabies. Louis Pasteur kemudian mempekerjakannya sebagai petugas bersih-bersih di Institut Pasteur -- di mana sejumlah penemuan penting untuk penanganan penyakit menular dibuat di sana.
Meister bekerja di institut tersebut selama beberapa dekade hingga Perang Dunia II pecah.
"Saya selalu bisa melihat wajah Pasteur yang baik fokus ke arah saya," kata Meister seperti dikutip dari Time.
Namun, Meister berakhir tragis saat berusia sepuh. Ia memutuskan bunuh diri pada 24 Juni 1940, tak lama setelah Jerman menginvasi Prancis. Kala itu usianya 64 tahun.
Berbeda dengan mitos yang beredar, tak ada bukti bahwa ia memilih bunuh diri daripada membiarkan Nazi merusak makam Pasteur.
Meister dilaporkan bunuh diri dengan menghirup gas beracun dari kompor, bukan dengan tembakan -- seperti yang ramai dikabarkan. Ia melakukan tindakan nekat karena diduga mengira istri dan anak-anaknya -- yang melarikan diri dari Prancis beberapa pekan sebelumnya, tewas di tangan pihak Nazi.
Ironisnya, saat istri dan anak-anak Meister yang selamat pulang ke rumahnya di Paris, mereka menemukan jasad sang kepala keluarga.
Kisah Meister menjaga peti mati pria yang menyelamatkan hidupnya hanyalah mitos belaka.
Namun, yang pasti, pada 6 Juli 1885 Joseph Meister menjadi bagian dari sejarah medis, yang membuat rabies tak lagi jadi 'vonis mati' seperti sebelumnya.
Selain kisah penemuan vaksin rabies, sejumlah peristiwa bersejarah lainnya terjadi pada 6 Juli.
Pada 1189, Richard the Lionheart dinobatkan sebagai Raja Inggris. Sementara, pada 1621, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen membantai 15 ribu orang di Pulau Banda.
Sementara pada 6 Juli 1947, senapan AK-47 mulai diproduksi di Uni Soviet.
Advertisement