Liputan6.com, London - Toby McCartney, seorang insiyur kimia, dan dua orang temannya sedang memasak plastik di dalam panci di rumahnya di Skotlandia. Botol plastik, popok bekas pakai, dan beragam sampah sejenis dimasaknya hingga melebur.
McCartney dan temannya tidak gila, melainkan tengah meracik bahan baku aspal jalan raya.
"Kami meneliti sekitar lima hingga enam ratus desain dari polimer berbeda yang kami campurkan, sebelum kemudian menemukan satu yang benar-benar berfungsi," kata McCartney, sebagaimana dikutip dari CNN pada Minggu (8/7/2018).
Advertisement
Menurut McCartney, resep akhir dari racikan limbah plastik itu dicampur dengan aspal biasa, untuk menciptakan jalan yang lebih kuat dan tahan lama.
"Kami ingin menyelesaikan dua masalah dunia. Di satu sisi kami menyebutnya epidemi plastik sampah, dan di sisi lain kualitas jalan yang buruk yang harus kami lewati," sambungnya.
Baca Juga
Sampah plastik tersebut, menurut McCartney, diolah menjadi pelet --butiran kecil padat-- yang menggantikan 20 persen unsur aspal konvensional, yang umumnya berasal dari olahan langsung minyak bumi.
Nantinya setiap ton aspal yang digunakan untuk membangun jalan, terdapat unsur kimia dari olahan 20.000 botol plastik sekali pakai, atau serupa dengan hasil yang didapat dari 70.000 kantong plastik sekali pakai.
Menurut McCartney, aditif plastik hasil temuannya itu lebih efektif secara biaya, dan mampu menghasilkan "perekat" yang lebih kuat.
"Jalan-jalan yang dilapisi oleh aspal plastik buatan kami, terbukti 60 persen lebih kuat dari jalan tradisional. Uji coba di laboratorium dan lapangan telah membuktikan (aspal plastik) tiga kali lebih lama usia pakainya dibandingkan aspal konvensional," jelas McCartney meyakinkan.
Hingga saat ini, bisnis McCartney, MacRebur Plastic Roads Company, telah menyediakan pelet plastik untuk jalan di Inggris dan kawasan teluk, serta Kanada, Australia, dan Selandia Baru.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
Terinspirasi Lubang Plastik di India
McCartney pertama kali bertemu plastik di jalan saat bepergian di India Selatan. Di sana dia melihat bagaimana sampah plastik dimasukkan ke lubang dan dibakar sampai mereka meleleh ke dalam kawah, menutup lubang.
Bahkan, India telah menggunakan plastik dalam pembangunan jalan sejak pergantian abad, mengikuti proses yang dikembangkan oleh Rajagopalan Vasudevan, seorang profesor kimia di Thiagarajar College of Engineering di kota Madurai di negara bagian Tamil Nadu, India Selatan.
Proses Vasudevan melibatkan peleburan plastik robek di atas batu-batu panas, untuk membentuk lapisan primer yang tipis. Hasilnya kemudian ditambahkan ke aspal, menghasilkan daya rekat yang kuat.
Sampai saat ini, metode ini telah digunakan pada sekitar 100.000 kilometer jalan di seluruh India.
Pada bulan November 2015, kementerian transportasi darat India mewajibkan untuk membangun jalan menggunakan sampah plastik di sebagian besar wilayah perkotaan.
Namun, menurut Menteri Lingkungan India Almitra Patel, sejumlah negara bagian belum mulai menggunakan plastik dalam pembangunan jalan, karena pedoman yang disampaikan pemerintah belum tersalurkan secara efektif ke tingkat daerah.
Baik Patel dan McCartney bersikeras bahwa plastik di jalan tidak akan kembali ke sungai dan lautan ketika hujan turun.
"Jika plastik secara permanen terjepit di antara batu dan aspal, tidak mungkin hal itu berdampak buruk pada lingkungan," kata Patel.
"Semua plastik kami dipanaskan hingga sekitar 180 derajat. Mereka kemudian benar-benar dihomogenisasi, jadi mereka bercampur dengan aspal yang tersisa di jalan ... Jadi tidak ada mikro-plastik di salah satu jalan kita," timpal McCartney menjelaskan.
Advertisement