Sukses

Lebih dari Sepertiga Miliarder China Ingin Kabur ke Luar Negeri, Ini Alasannya

Sebanyak lebih dari sepertiga miliarder di China mengaku ingin beremigrasi ke luar negeri karena beberapa alasan berikut.

Liputan6.com, Beijing - Sebuah laporan survei terbaru yang dilakukan oleh Hurun Research Institute, sebuah firma riset kekayaan yang berbasis di China, menyebut bahwa banyak miliarder Negeri Tirai Bambu "saat ini sedang mempertimbangkan" beremigrasi ke negara lain.

Laporan survei hasil kerja sama dengan Visas Consulting Group --sebuah firma penasihat imigrasi-- itu dilakukan terhadap 224 orang warga China dengan kekayaan rata-rata US$ 4,5 juta, atau setara dengan Rp 64,5 miliar.

Dikutip dari Asia One pada Minggu (8/7/2018), banyak miliarder China meninggalkan negerinya untuk mencari sistem pendidikan yang lebih baik. Ada pula beberapa di antaranya yang sengaja "melarikan diri" dari kota-kota yang tercemar, dan juga pemerintahan ketat di negara berpenduduk lebih dari satu miliar jiwa tersebut.

Laporan itu turut menyebut bahwa kepergian miliarder China dari Tiongkok sebagai upaya melindungi kekayaan mereka, di mana rata-rata aset yang dimiliki di luar negeri berkisar 11 persen untuk setiap individu.

Amerika Serikat menduduki peringkat teratas sebagai negara yang paling banyak dituju oleh para miliarder China selama empat tahun berturut, yang diikuti oleh Inggris, Irlandia, dan Kanada di belakangnya.

Sistem pendidikan yang kuat, udara yang lebih bersih dan keamanan makanan yang lebih baik membuat AS menjadi favorit bagi investor China. Rencana pemotongan pajak oleh pemerintahan Presiden Donald Trump juga disebut mendapat nilai tinggi dari responden.

Kanada berada di peringkat kedua tujuan favorit miliarder China, namun mendadak jatuh ke peringkat keempat ketika berbicara tentang nilai kebersihan dan pesyaratan investasi jangka panjang.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

2 dari 2 halaman

Gemar Membeli Real Estat

Sementara itu, miliarder China juga diketahui tengah gemar membeli real estat di luar negeri. Bersama dengan deposit valuta asing, "properti tak bergerak" telah menjadi opsi investasi luar negeri yang paling populer, di mana mereka rata-rata menghabiskan anggaran US$ 800.000 (setara Rp 11,4 miliar) per orangnya.

Los Angeles menjadi kota yang paling banyak diincar oleh miliarder China untuk membeli properti, diikuti di belakangnya oleh New York, Boston, dan San Fransisco.

Ketika ditanya tentang prioritas mereka untuk membeli properti di luar negeri, para responden mengatakan, "efektivitas biaya tinggi" menempati peringkat pertama, diikuti oleh nilai investasi dan "hak milik permanen".