Liputan6.com, London - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan tiba di Inggris pada esok lusa, dalam agenda kunjungan berupa pertemuan dengan Ratu Elizabeth II dan Perdana Menteri Theresa May, serta kemungkinan menyempatkan bermain golf di salah satu propertinya di Skotlandia.
Presiden Trump dikabarkan akan menginap semalam di kediaman Duta Besar AS di London, dan dijadwalkan segera bertolak meninggalkan ibu kota Inggris itu, sebelum kedatangan sekitar 200.000 orang yang hendak melakukan protes besar-besaran terhadap dirinya pada Jumat mendatang.
Dikutip dari Time.com pada Selasa (10/7/2018), Donald Trump dijadwalkan akan menginap di rumah peristirahatan PM Theresa May di kawasan perbukitan Chequers, di barat laut London, pada hari Jumat.
Advertisement
Menjelang petang di hari yang sama, Presiden Trump dijadwalkan akan bertemu dengan keluarga Kerajaan Inggris di Kastil Windsor. Setelahnya, presiden AS ke-45 itu, bersama dengan Melania Trump, akan menghabiskan libur akhir pekan di Skotlandia, yang merupakan kampung halaman leluhurnya.
Baca Juga
Di lain pihak, penyelenggara aksi protes menyerukan carnival of resistance untuk mengkritik berbagai kebijakan Donald Trump yang dinilai kontroversial. Mereka membawa serta ratusan ribu orang dari Inggris dan beberapa negara sekitar, dengan mengusung maskot utama berupa balon bayi Trump, yang telah mendapat izin terbang di wilayah pusat kota London.
"Ratusan ribu orang telah menyatakan kemarahan mereka dan sikap oposisi terhadap rasisme, Islamophobia, seksisme , penghasutan perang dan penolakan perubahan iklim, yang semuanya dilakukan oleh Trump. Kami siap berbaris bersama melawan Trump saat ia berkunjung ke Inggris," ujar salah seorang juru bicara kelompok kampanye Stand Up to Trump, yang membantu mengatur jalannya aksi protes.
Owen Jones, seorang kolumnis surat kabar dan aktivis yang telah memainkan peran utama dalam mengorganisir protes, mengatakan kepada Time: "Kita perlu menunjukkan kepada dunia, apa yang jutaan orang di negara ini pikirkan tentang sikap kefanatikan dan kebencian yang diwakili Trump."
"Satu pelajaran yang harus kita pelajari dalam sejarah adalah bahwa ketika rasisme dan mobilisasi kanan (pro marjinalisasi), Anda harus melawan. Anda tidak bisa membiarkan mereka (pemerintahan Trump) berbaris dan naik ke tampuk kekuasaan lebih lama," tambah Jones.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
Â
Balon Bayi Trump
Banyak kelompok kecil diperkirakan bergabung dengan aksi protes utama pada Jumat 13 Juli nanti, di mana beberapa di antaranya telah mengajukan beberapa ekspresi ketidakpuasan dengan cara yang aneh.
Salah satu aksi protes yang telah menarik banyak perhatian adalah balon 'Trump Baby', yang menurut sekelompok aktivis, telah diberi izin untuk terbang di sebelah Gedung Parlemen Inggris.
Wali kota London Sadiq Khan awalnya mengatakan balon, yang menggambarkan Trump sebagai bayi oranye --yang mengenakan popok dengan wajah cemberut-- tidak akan diizinkan untuk terbang.
Namun pada akhir pekan lalu, Walikota Khan tunduk pada tekanan publik, setelah ribuan orang menandatangani petisi yang menuntut izin untuk terbang.
Seorang juru bicara Walikota Khan mengatakan, "Walikota mendukung hak untuk protes damai dan memahami bahwa ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk."
Kelompok lain yang diharapkan bergabung dengan protes utama tersebut adalah "Drag protest parade", di mana hampir 10.000 orang telah menyatakan kehadirannya via Facebook.
Aliansi Queer, yang membantu mengorganisir pawai terkait, mengatakan: "Kami akan bergerak dalam solidaritas dengan kaum LGBTQ +, migran dan semua komunitas marginal, yang hak asasi manusianya telah dan terus dilanggar oleh pemerintahan (Trump)."
Advertisement