Liputan6.com, Jakarta - Pertanyaan-pertanyaan seputar hantu kerap muncul dari mereka yang tidak mempercayainya: apakah makhluk halus tersebut benar-benar ada di muka Bumi? Apakah mereka menjadi bagian dari penghuni di planet ini?
Di sisi lain, mereka yang meyakini keberadaan makhluk gaib mengklaim pernah 'dikunjungi' oleh hantu, roh, atau iblis. Entah itu di rumah, di sekolah, di kantor, di tempat umum, di mal, di jalan raya, bahkan di rumah ibadah sekalipun.
Baca Juga
Mayoritas dari mereka mengaku bahwa pengalaman paranormal tersebut terjadi pada tengah malam, sekitar pukul 00.00 hingga 03.00 pagi.
Advertisement
Menanggapi kasus demikian, para ilmuwan rupanya memiliki alasan sendiri yang dianggap mereka lebih masuk akal. Sebuah teori mengatakan, pengalaman paranormal seseorang tidak ada hubungannya dengan hantu, tetapi berkaitan dengan pola tidurnya.
Profesor Psikologi di Goldsmiths University, Alice Gregory, percaya bahwa gangguan tidur bisa membuat seseorang berhalusinasi tentang hantu.
Salah satunya adalah kelumpuhan tidur atau sindrom sleep paralysis (REM). Ini terjadi ketika orang itu tidur sangat nyenyak. Saat hal ini terjadi, orang tersebut akan merasa seperti tak bisa keluar dari alam mimpi dan tak bisa melakukan apa-apa.
Namun, sekitar delapan persen orang mempertahankan kesadaran mereka ketika berada dalam kondisi REM, sehingga tampak seolah-olah mimpi mereka ditransfer ke dalam kehidupan nyata dan bisa disalahartikan sebagai melihat hantu dan hal-hal yang sebenarnya tidak ada.
Gregory mengatakan dalam sebuah artikel untuk The Conversation: "Ketika kita tertidur, pembentukan reticular batang otak (bagian dari otak yang terlibat dalam kesadaran) biasanya mulai menghambat kemampuan kita untuk bergerak, melihat dan mendengar sesuatu."
"Harapan kami terkait penjelasan ilmiah ini semoga dapat membantu orang-orang menurunkan kecemasan yang mereka alami, saat mengaku 'melihat' hantu," lanjutnya, seperti dikutip dari Express.co.uk, Selasa (10/7/2018).
Mengurangi kecemasan, kata Gregory, juga telah dihipotesiskan sebagai metode potensial untuk mengurangi kelumpuhan tidur.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pengalaman Mistis
Salah satu pengemudi taksi pernah menuturkan kisah yang meresahkan saat musim panas 2011, ketika seorang wanita mengenakan jaket masuk ke dalam taksinya dari dekat Stasiun Ishinomaki di Jepang.
"Tolong ke Stasiun Mianmihama," ucap si sopir menirukan si penumpang.
Si sopir taksi bingung, dan mengatakan bahwa tak ada lagi yang tersisa di distrik tersebut. Si penumpang bertanya dengan suara gemetaran, "apa saya sudah mati?"
Sontak si sopir menoleh, dan menemukan kursi penumpang belakang sudah kosong.
Sopir bercerita saat mendapati penumpang pemuda berusia sekitar 20 tahun. Setiap kali ia melihat kaca spion, pria itu terus menunjuk arah depan.
Saat supir bertanya tujuannya, ia menjawab "pegunungan Hiyoriyama". Ketika taksi sudah tiba di area tersebut, penumpang itu raib begitu saja tanpa jejak.
Gempa bumi menerpa Tohoku, Jepang, Maret 2011 lalu. Guncangannya yang hebat, bahkan tercatat sebagai lindu terbesar di Jepang, memicu terjadinya tsunami dengan ketinggian 40,5 meter yang melaju dalam kecepatan 10 kilometer per jam menuju daratan.
Laporan dari National Police Agency Jepang menyebutkan gempa dan tsunami memakan korban 15.893 jiwa. 6.152 orang terluka, dan 2.572 lainnya dinyatakan hilang.
Lima tahun kemudian, sejumlah kejadian aneh terungkap di Tohoku. Tak sedikit supir taksi yang mengaku bertemu dengan hantu para korban bencana.
Advertisement