Liputan6.com, Canberra - Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan terhadap terumbu karang di wialyah tropis, menemukan fakta bahwa tikus turut ambil andil merusak habitat yang penting bagi ekosistem laut itu.
Sebuah tim ilmuwan yang melakukan riset di Kepulauan Chagos di Samudera Hindia, mendapati temuan bahwa populasi tikus yang invasif di pulau-pulau itu adalah "masalah besar" bagi terumbu karang.
Dikutip dari BBC pada Jumat (13/7/2018), tikus memusnahkan populasi burung laut, yang pada gilirannya mengurangi volume kotoran burung sebagai pupuk alami bagi terumbu karang.
Advertisement
Temuan yang tidak biasa ini dituangkan ke dalam sebuah artikel ilmiah yang diterbitkan oleh jurnal Nature.
Para ilmuwan kini menganjurkan pemberantasan tikus dari semua pulau untuk melindungi habitat laut yang bersifat halus ini.
Baca Juga
Kepulauan Chagos menyediakan laboratorium alam berskala besar untuk menjawab pertanyaan, mengapa tikus bisa berdampak buruk bagi kelestarian terumbu karang.
Meski tidak dihuni oleh manusia, populasi tikus berkembang di kepulauan tropis ini melalui pelayaran singgah atau bangkal kapal di sekitar kepulauan tersebut.
"Sebelum kehadiran tikus, pulau-pulau itu penuh dengan burung, mereka berisik, langit penuh dan mereka bau, tapi kotorannya sangat bermanfaat bagi terumbu karang," kata Prof Nick Graham dari Lancaster University.
"Jika Anda masuk ke pulau di sana, Anda akan jarang menemukan burung-burung laut bertebangan, melainkan lebih banyak tikus berkeliaeran," lanjutnya.
Di sepanjang tahun, banyak burung yang singgah setelah terbang ratusan kilometer, ketika belahan Bumi utara atau selatan sedang musim dingin.
Beberapa jenis burung uang kerap melintas Kepulauan Chagos adalah burung bobby, cikalang besar (frigatebird), burung noddy, dan burung mutton (shearwaters).
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
Berperan Terhadap Ekosistem Laut
Prof Nick dan timnya juga meneliti sumber nutrisi terumbu karang pada ikan yang burung laut makan, dengan menganalisis ganggang dan bunga karang yang tumbuh di wilayah pesisir.
"Kami menemukan bahwa di kawasan terumbu karang yang jauh dari populasi tikus, memiliki ikan dengan proporsi tubuh lebih besar dibandingkan kelompok mereka yang berada di pesisir pulau berpenghuni tikus," ujar Prof Nick menjelaskan.
Meski hanya menutupi kurang dari 0.1 persen dari total luas lautan, namun terumbu karang berperan sangat penting bagi keanekaragaman ekosistem maritim.
"Terumbu karang sangat terancam," kata Prof Nick. "Jadi siapa pun yang peduli tentang isu kepunahan dan keanekaragaman hayati, perlu peduli tentang masa depannya."
Ditambahkan oleh Prof Nick bahwa kekayaan terumbu karang dan kehidupan lautnya memberi penghidupan bagi jutaan orang di seluruh dunia, sehingga penurunan populasinya turut memicu krisis kemanusiaan.
"Sistem terumbu karang berada di titik krisis karena perubahan iklim, dan kami berusaha keras mencari cara untuk meningkatkan ketahananya," lanjut Prof Nick.
Prof Nick dan tim peneliti yang dipimpinnya, berencana segera melakukan advokasi proyek pemberantasan tikus di pulau-pulau di seluruh dunia, khususnya yang berada di wilayah tropis.
Advertisement