Sukses

Menlu: Seorang WNI Bebas dari Dugaan Penyekapan di Bahrain

Seorang WNI perempuan di Bahrain berhasil dibebaskan dari dugaan penyekapan. Insiden penyekapan itu sendiri dilaporkan terjadi pada Kamis, 12 Juni 2018.

Liputan6.com, Bandung - Seorang WNI perempuan di Bahrain berhasil dibebaskan dari dugaan penyekapan. Insiden penyekapan itu sendiri dilaporkan terjadi pada Kamis, 12 Juni 2018.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan bahwa kasus ini berhasil diungkap setelah dirinya menerima laporan kantor perwakilan Indonesia di Bahrain, KBRI Manama.

Pasca-menerima laporan, Menlu Retno pun langsung memerintahkan staf di KBRI Manama untuk melacak lokasi perempuan tersebut.

"Waktu mendengar ada kasus penyekapan di Bahrain, saya langsung menghubungi duta besar kita yang ada di Bahrain," ujar Menlu Retno saat menyampaikan upaya pemerintah di hadapan mahasiswa Bandung dalam acara Bincang Santai di Museum KAA, Sabtu (14/7/2018).

"Setelah dikontak, barulah kedubes kita di sana bekerja sama dengan aparat setempat untuk mengetahui lokasi keberadaan korban," tambahnya.

Kini, Menlu Retno telah memastikan bahwa WNI itu sudah dalam kondisi aman. Ia pun menyampaikan apresiasinya kepada aparat berwajib di sana dan pihak KBRI yang berhasil menyelamatkan korban dalam kurun waktu 24 jam lebih sedikit.

Sementara itu, terkait identitas dan asal korban, Retno menolak membeberkan.

Menlu Retno hanya mengatakan, WNI itu diduga disekap karena berhadapan dengan masalah hukum.

Bukan cuma identitas, Retno juga tak menyebut identitas soal pelaku dugaan penyekapan. Saat ini, fokus penyelidikan adalah mencocokan laporan dengan keadaan yang sebenarnya terjadi.

"Kasusnya sedang kita dalami, terkadang ada laporan masuk soal penyekapan namun, setelah kita dalami belum tentu penyekapan," kata Menlu Retno.

Pengalaman Mencoba Seblak

Ingin mencoba jajanan pedas dan super lezat? Menu Seblak Jeletet yang lengkap dengan ceker ayam hingga bakso bisa jadi pilihan tepat. (Foto: Kokiku Tv)

Bukan hanya bercerita seputar kinerja Kemenlu dalam upaya penyelamatan dan perlindungan WNI, Menlu Retno juga mengisahkan pengalaman menariknya saat mencoba seblak.

"Percaya atau tidak adik-adik, ini adalah kali pertama saya makan seblak," ujar Menlu Retno yang disambut tepuk tangan dan tawa mahasiswa.

"Rasanya pedas sekali dan saya pesan yang sedang-sedang saja," tambahnya.

Pengalaman baru ini dialami oleh Menlu Retno saat sarapan di salah satu hotel di kawasan Dago Pakar Bandung.

"Saya juga sempat bertanya pada chef yang masak seblak. Pak itu apa ya?"

"Kerupuk, Bu," jawab si chef.

"Kok itu kerupuk dimasak, Pak, bukannya digoreng?," kata Menlu Retno.

"Iya dimasak, Bu,” timpal chef.

Kisah Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ini mengundang tawa para peserta sebab pengalaman ini dianggap lucu bagi mereka.

2 dari 2 halaman

Resmikan Jembatan Diplomasi

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi meresmikan Jembatan Diplomasi yang menghubungkan Desa Cibunar, Kecamatan Tarogong Kidul dan Desa Mangku Rakyat Kecamatan Cilawu, Garut, Jawa Barat pada Jumat (13/7/2018).

Jembatan Diplomasi yang dibangun di atas Sungai Cimanuk ini merupakan bentuk sokongan dari ASEAN Charity Golf - Jakarta Ambassador Golf Association (JAGA) yang diketuai langsung oleh Wamenlu RI.

Sebelumnya, sudah ada dua jembatan yang berdiri di desa tersebut. Namun, banjir bandang dua tahun lalu yang menghantam desa ini, membuat kondisi jembatan hancur.

Di hadapan warga setempat, Menlu Retno menyampaikan tujuan dibuatnya Jembatan Diplomasi. Menurutnya meski ia dan rombongan berprofesi sebagai diplomat, misi kemanusiaan harus tetap dilakukan.

"Jembatan Diplomasi ini adalah bentuk nyata bahwa diplomat peduli dengan masyarakat setempat," ujar Menlu Retno.

"Diplomat bukan saja hanya bersidang di luar negeri, berunding dengan negara lain atau ngurus perdamaian dunia. Namun, diplomat juga harus memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar," tambahnya.

Lewat peresmian Jembatan Diplomasi ini, Menlu Retno juga berharap agar masyarakat dapat memahami arti dari kata diplomasi itu sebenarnya.

"Jika selama ini bapak dan ibu harus berjalan selama dua jam untuk mengitari sungai dan tiba di lokasi tujuan, maka kini semua bisa dilakukan secara cepat. Sehingga silaturahmi antar sesama akan tetap terjaga," kata Menlu Retno.

"Selama ini tugas diplomat itu seperti jembatan bapak dan ibu. Dengan kata lain, kami membantu untuk menjembatani dua buah negara atau lebih agar terus hidup secara damai dan tidak ada perpecahan yang terjadi," jelasnya.

“Saat ini, kami telah membangun jembatan yang sebenarnya. Ada fisiknya dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Lewat nama Jembatan diplomasi ini pula daya berharap agar setiap warga bisa saling hidup dalam kedamaian dan toleransi."

Video Terkini