Liputan6.com, Jakarta - Makanan adalah sumber energi bagi manusia. Asalnya bisa dari tumbuhan ataupun hewan, yang mengandung nutrisi penting, seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, atau mineral.
Secara historis, manusia mendapatkan makanan dari berburu dan meramu. Belakangan, komoditas pangan didapatkan dan dilipatgandakan lewat pertanian.
Advertisement
Baca Juga
Saat ini, seiring bertambahnya populasi dunia, sebagian besar makanan yang dibutuhkan dipasok oleh industri makanan.
Namun, tak semua makanan ternyata aman bagi tubuh manusia, bahkan bisa memicu bahaya.
Tahukah Anda, ternyata ada juga makanan tertentu, yang jika disiapkan dengan cara tak benar, bisa membuat sakit bahkan membunuh manusia?
Seperti dikutip sebagian dari situs Wonderslist, berikut 6 makanan 'biasa' yang bisa berubah menjadi racun:
1. Almond pahit
Konon racun sianida (cyanide) berbau seperti 'almond mentah', meski faktanya sianida tak selalu mengeluarkan aroma.
Siapa sangka, dua hal yang berbeda itu bisa saling terkait, almond dan sianida.
Almond sejatinya bukan kacang, namun menjadi bagian dari biji-bijian. Ada dua jenis almond: pahit (bitter) dan manis (sweet).
Almond mengandung banyak manfaat untuk kesehatan. Namun tahukah Anda, almond mentah (bitter almond) mengandung sianida?
Gejala keracunan almond pahit di antaranya adalah matinya sistem syaraf, kesulitan bernapas, dan bahkan kematian.
Seperti dikutip dari www.thespruceeats.com, 7 hingga 10 almond pahit bisa membunuh seorang anak kecil. Sementara, mengonsumsi 12-70 butir mampu membunuh seorang manusia dewasa.
Almond pahit tidak lagi beracun jika dimasak, tetapi terlepas dari itu, penjualan produknya yang belum diolah dilarang di Amerika Serikat.
Almond pahit biasanya digunakan para juru masak di Eropa, untuk dicampurkan dalam masakan maupun produk makanan roti dan kue.
2. Jamur liar
Banyak orang yang menyukai masakan berbahan jamur. Namun, tak sembarang jamur boleh dimakan.
Jika kerap memetik jamur untuk dikonsumsi, maka berhati-hatilah. Jamur liar tertentu seperti death cap bisa mengakhiri hidup Anda.
Jamur jenis tersebut bisa menyebabkan sakit perut, muntah, atau bahkan gangguan jantung, hati, dan kerusakan ginjal.
Seperti dikutip dari Los Angeles Times, pada 2017, dokter merawat 14 pasien yang mengalami sakit parah setelah mengonsumsi jamur liar 'death cap' yang diambil dari pegunungan berbatu di California Utara.
Tiga orang membutuhkan transplantasi liver, termasuk seorang gadis berusia 18 bulan.
Pada akhir 1996 dan awal 1997, dua pria asal Northern California meninggal dunia setelah makan jamur liar jenis itu.
Advertisement
3. Singkong pahit
Singkong ternyata bisa berbahaya jika tak diolah dengan benar. Namun, tak semua singkong berbahaya.
Seperti dikutip dari situs www.mnn.com, singkong yang berpotensi mengandung racun adalah singkong pahit atau singkong liar (bitter casava), yang asalnya dari Amerika Selatan.
Singkong merupakan sumber kalori terpenting ketiga di daerah tropis; dan seperti almond pahit, singkong juga mengandung sianida.
Jika direndam dan dikeringkan dengan benar, singkong pahit akan aman dikonsumsi. Namun, jika ada proses yang dilewati, akibatnya bisa fatal.
Misalnya yang terjadi di Filipina pada 2005 lalu. Seperti dikutip dari www.seattletimes.com, jajanan dari singkong yang tak dioleh dengan benar menewaskan 27 orang dan membuat 100 lainnya sakit. Penjual jajanan beracun itu mangkal di sebuah sekolah dasar.
"Sejumlah pasien mengaku hanya mengigitnya sekali atau dua kali karena rasanya pahit. Efeknya terasa 5-10 menit kemudian," kata Dr. Harold Gallego dari Garcia Memorial Provincial Hospital di Talibon yang merawat 47 pasien keracunan singkong.
Beberapa dari korban selamat mengalami sakit perut hebat, muntah-muntah, dan diare.
4. Bayi Gurita
Sannakji adalah hidangan bayi gurita mentah yang populer di Korea. Dari sisi zat yang terkandung, makanan tersebut sama sekali tak mengandung racun.
Meski demikian, ia mengandung bahaya. Bahkan jika dipotong kecil-kecil sebelum dihidangkan, tentakel gurita tersebut bisa menempel ke tenggorokan dan mulut seseorang yang membuatnya tersedak.
Ada kisah menarik soal itu.
Pada April 2010, seorang pria berinisial Kim menginap di sebuah motel di Incheon City bersama kekasihnya, sebut saja Yoon.
Sebelumnya, pasangan itu membeli dua ekor gurita mentah dari sebuah restoran. Dibungkus, tidak makan di tempat.
Kemudian, Kim menelepon resepsionis, melaporkan bahwa kekasihnya kolaps dan berhenti bernapas setelah makan satu gurita. Korban segera dilarikan ke rumah sakit namun meninggal dunia 16 hari kemudian.
Awalnya polisi menganggap kasus tersebut sebagai insiden kecelakaan. Apalagi, tentakel ditemukan di tenggorokan korban. Namun, lima bulan kemudian perkara itu kembali dibuka.
Sebab, ayah korban, mengungkapkan sebelum kematiannya, Yoon membeli asuransi jiwa dan menempatkan kekasihnya, Kim, sebagai ahli waris uang sebesar 200 juta won.
Namin, seperti dikabarkan Sydney Morning Herald pada 2003 lalu, Mahkamah Agung Korea Selatan membatalkan vonis seumur hidup atas Kim.
Â
Â
Advertisement
5. Kerang Darah
Kerang darah (Anadara granosa) adalah sejenis kerang yang biasa dimakan oleh warga Asia Timur dan Asia Tenggara. Hewan itu bisa ditemukan di perairan dangkal.
Mengapa disebut kerang darah, itu karena makhluk laut itu punya hemoglobin di tubuh mereka, sama seperti manusia.
Hemoglobin berwarna merah saat teroksidasi. Tak ada kaitannya dengan nama, yang berbahaya dari kerang darah adalah habitatnya.
Karena fakta bahwa mereka mengubur diri mereka di bawah pasir perairan dangkal, kerang darah kerap ditemukan di wilayah pesisir yang dekat dengan permukiman.
Karena wilayah pantai biasanya padat penduduk, air di sekitar habitat kerang darah biasanya mengandung mengandung limbah manusia dan hewan dengan level tingi.
Unsur itu kemudian masuk ke tubuh kerang darah, mengotori hewan tersebut dengan segala macam unsur jahat yang bisa memicu disentri dan tifoid.
Saat dikonsumsi, baik dalam kondisi mentah maupun direbus, unsur kotor tersebut akan bisa masuk kembali ke tubuh manusia.
6. Ikan Fugu
Ikan fugu (puffer fish) dianggap hidangan lezat di Jepang. Namun, jangan salah, ada racun mematikan yang terkandung di tubuhnya.
Hewan yang kebanyakan ditemukan di sepanjang pantai tropis dan di sungai-sungai di Afrika itu -- memiliki duri-duri kecil di sekujur tubuhnya, sebagai perlindungan agar tak dimangsa.
Ikan fugu juga punya kemampuan untuk mengembang seperti balon saat mereka merasa berada dalam bahaya. Isi tubuh mereka sangat beracun sehingga jika seseorang memakan satu ons bagian yang salah, mereka akan mati dengan sengsara.
Fugu mengandung jumlah mematikan tetrodotoxin di organ dalamnya, terutama hati, ovarium, dan mata.
Jika racun sampai tertelan, korbannya akan merasakan kebas atau mati rasa pada bagian lidah. Gejala kemudian diikuti dengan muntah-muntah, sesak napas, dan kelumpuhan pada bagian tubuh.
Kematian bisa terjadi antara 4 hingga 24 jam setelah mengonsumsinya. Bahkan ada yang mengatakan, 10 menit. Belum diketahui obat apa yang ampuh untuk menangkal maut. Racun fugu lebih mematikan dibanding sianida.
Tetrodotoxin, racun yang ada pada ikan fugu diduga digunakan untuk membunuh kakak tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Kim Jong-nam.
Berikut 6 fakta soal racun ikan fugu:
1. Chef membutuhkan latihan tiga hingga sepuluh tahun agar dapat memotong fugu dengan benar agar tidak meracuni konsumennya.
2. Restoran yang menghidangkan Fugu secara ketat dikontrol oleh hukum di Jepang dan beberapa negara lainnya.
3. Keracunan fugu bisa menyebabkan kematian dalam waktu 10 menit.
4. Fugu mengandung jumlah mematikan tetrodotoxin di organ dalamnya, terutama hati, ovarium, dan mata.
5. Racun di ikan fugu melumpuhkan otot-otot, meski korban masih sadar sepenuhnya. Korban keracunan tak bisa bernapas dan akhirnya meninggal karena asphyxia -- kondisi di mana tubuh tidak memperoleh cukup oksigen.
6. Racun fugu lebih mematikan dibanding sianida.
Advertisement