Sukses

18-7-2012: Kim Jong-un Diangkat Jadi Panglima Tertinggi 1,2 Juta Tentara Korut

Pada usianya yang masih 29 tahun, Kim Jong-un telah menduduki jabatan setinggi langit di Korea Utara, dari petinggi partai hingga panglima tertinggi militer.

Liputan6.com, Pyongyang - Pada usianya yang masih 29 tahun, Kim Jong-un telah menduduki jabatan setinggi langit di Korea Utara. Dia adalah Sekretaris Pertama Partai Pekerja Korea, Ketua Komisi Militer Pusat, Ketua Pertama Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara, Panglima Tertinggi Tentara Rakyat Korea dan anggota presidium Politbiro Sentral.

Dan pada 18 Juli 2012, setahun setelah Kim Jong-il meninggal dunia, Kim Jong-un diangkat menjadi wonsu, pangkat militer tertinggi di Korea Utara di bawah dae wonsu -- yang disandang ayah dan kakeknya.

Kim Jong-un secara efektif menjadi panglima tertinggi dari 1,2 juta tentara Korut.

Promosinya diumumkan hanya beberapa hari setelah Ri Yong-ho, komandan militer Korut, dibebastugaskan dengan alasan sakit.

Berbeda dengan klaim tersebut, sejumlah analis meyakini, Ri menjadi tumbal perebutan kekuasaan di balik layar yang melibatkan militer dan Partai Buruh.

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un saat menghadiri latihan militer untuk peringatan 85 tahun pembentukan Tentara Rakyat Korea (KPA) di Korea Utara (26/4). (AFP FOTO / KCNA / STR)

Pangkat tertinggi untuk Kim Jong-un memicu guncangan di kalangan pejabat eselon tinggi Tentara Rakyat Korea. Ia yang tak punya rekam jejak di dunia militer, tiba-tiba ditempatkan di atas enam jenderal senior yang berstatus wakil panglima.

"Kim Jong-un adalah bagian dari dinasti yang berkuasa di Korea Utara. Saya melihat, dia mendapat gelar baru tersebut sebagai hal normal untuk dilakukan. Apalagi, kredibilitasnya masih kecil, dan pada dasarnya ia hanyalah seorang anak muda," kata Robert Dujarric, Direktur Institute of Contemporary Studies di Temple University, Jepang, seperti dikutip dari Telegraph, Selasa (17/7/2018).

"Tak mungkin untuk mengetahui dinamika internal di Korut. Namun, masuk akal untuk mengasumsikan bahwa itu adalah bagian dari upaya Kim untuk memperkuat posisi dan kepemimpinannya," kata dia.

Bukan hal aneh saat seorang diktator yang totaliter berusaha mengukuhkan cengkeramannya pada rezim dengan menyingkirkan para pejabat senior dalam pemerintahan sebelumnya.

"Kim Jong-un mengirimkan pesan, bahkan untuk mereka yang pernah dekat dengan mendiang ayahnya dan punya posisi di rezimnya, bahwa ia bisa memenggal kepala mereka," kata Dujarric. "Mirip dengan apa yang dilakukan Stalin."

Terlalu Muda

Saat Kim Jong-il meninggal dunia, banyak pihak meramalkan rezim Korea Utara sudah tamat. Putra mahkotanya, Kim Jong-un yang terlihat menangis selama upacara pemakaman, dianggap tak meyakinkan untuk memimpin.

Namun, pemimpin muda itu ternyata tak boleh diremehkan. Seperti dikutip dari BBC News, pada Desember 2013, Kim Jong-un mengeksekusi paman sekaligus mentornya sendiri Jang Song-thaek atas tuduhan makar.

Paman Kim Jong-un, Jang Song Thaek dieksekusi tahun 2013 karena tuduhan makar kepada Kim Jong-un (AP)

Dari tahun 2012 hingga 2016, Kim melakukan aksi pembersihan besar-besaran. Menurut data Institut Strategi Keamanan Nasional Korea Selatan, 140 perwira senior di tubuh militer dan pejabat pemerintah dieksekusi. Sekitar 200 orang lainnya dipecat atau dijebloskan ke bui.

Tak hanya itu, ia berkali-kali bikin dunia ketar-ketir dengan uji coba senjata pemusnah massal dan meluncurkan rudal yang konon bisa membawa hulu ledak nuklir ke daratan Amerika Serikat.

Presiden AS, Donald Trump bertemu dengan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un di resor Capella, Pulau Sentosa, Singapura, Selasa (12/6). Pertemuan ini merupakan yang pertama kalinya bagi pemimpin AS dan Korut untuk bertatap muka. (SAUL LOEB/AFP)

Belakangan, pada Juni 2018, Kim Jong-un bahkan berhasil memaksa seorang presiden dari sebuah negara besar dan lebih digdaya, Donald Trump, duduk bersama dengannya di Singapura.

 

Saksikan video menarik terkait Kim Jong-un berikut ini:

2 dari 2 halaman

Kota Detroit Bangkrut

Tak hanya promosi Kim Jong-un, sejumlah kejadian dalam sejarah juga terjadi pada 18 Juli 2018. Pada 2013, Kota Detroit di Amerika Serikat mengajukan status pailit ke pengadilan.

Kota Detroit di Amerika Serikat pernah jaya berkat industri otomotifnya itu menyatakan bangkrut.

Seperti dimuat situs News.com.au, Jumat (19/7/2013), Detroit menjadi kota terbesar di AS yang mengajukan pailit sepanjang sejarah.

Keputusan untuk mendapatkan perlindungan kepailitan diambil setelah Detroit menerima arahan dari manajer fiskal dan pakar kepailitan yang ditunjuk pemerintah negara bagian sejak Maret lalu, Kevyn Orr.

Ada sejumlah faktor yang diduga jadi biang keladi kebangkrutan Detroit. Di antaranya, jumlah penduduk yang terus susut, penurunan pendapatan pajak yang anjlok. Juga korupsi dan salah kelola keuangan.

Detroit kehilangan 250 ribu penduduknya antara tahun 2000 hingga 2010. Pada tahun 1950, populasi Detroit mencapai 1,8 juta. Kini untuk bertahan di angka 700 ribu saja sulit. Banyak kelas menengah dan sektor bisnis memilih hengkang, membawa serta kontribusi pajak mereka.

Dalam beberapa bulan terakhir, kota ini mengandalkan uang jaminan dan dukungan negara federal untuk membayar gaji sekitar 10.000 karyawannya.

Seperti dimuat VOA, Profesor Eric Scorsone dari Michigan State University mengatakan, jalan Detroit menuju kebangkrutan tidak terjadi dalam semalam.

"Kota ini bergantung pada satu industri. Tidak seperti Chicago, New York dan kota-kota lain yang memiliki keragaman ekonomi, Detroit tidak punya itu. Kota ini memiliki industri otomotif, pemasok untuk industri otomotif, sehingga saat industri itu menurun, kota ini harus berjuang keras secara ekonomi sejak 50 tahun lalu," ujarnya.

Dalam dekade terakhir, Detroit mengalami kondisi keuangan terburuk sejak Depresi Besar pada 1930an-1940an. Masalah ini dipicu oleh perlambatan penjualan, di tengah penurunan nilai rumah dan praktek pinjaman yang lebih ketat.

Ditambah lagi korupsi. Walikota Detroit terpilih saat itu, Kwame Kilpatrick, terlibat dalam skandal korupsi yang memaksanya berhenti dan akhirnya dipenjara, situasi yang menambah penderitaan finansial kota itu.

Sebuah kejadian menarik juga terjadi pada 18 Juli 1938, Douglas Corrigan tiba di Irlandia setelah menempuh penerbangan selama 28 jam.

Padahal, ia sebenarnya berniat menuju California saat pesawat yang dikemudikannya lepas landas dari New York. Ia kemudian dijuluki sebagai Douglas "Wrong Way" Corrigan.