Liputan6.com, Ankara - Setidaknya 19 orang dilaporkan tewas tenggelam ketika sebuah kapal berkapasitas 150 orang --yang diduga kuat memuat imigran ilegal-- terbalik di perairan pantai utara Siprus. Demikian penjelasan seorang pejabat di Siprus Turki pada Rabu, 18 Juli 2018.
Tolga Atakan, Menteri Transportasi di wilayah otoritas khusus Turki tersebut, mengatakan kepada The Associated Press, tim penyelamat sedang mencari 25 penumpang lain yang hilang, setelah sebuah kapal kargo melaporkan temuan beberapa korban yang terapung di lautan.
Dikutip dari Fox6now.com pada Kamis (19/7/2018), otoritas penjaga pantai Turki mengatakan telah berhasil menyelamatkan 103 penumpang, yang kini diungsikan sementara waktu di pesisir barat daya negara yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan itu.
Advertisement
Menteri Atakan mengatakan, kewarganegaraan penumpang belum dikonfirmasi. Ketika ditanya apakah mereka dianggap imigran, ia mengatakan "Kemungkinan besar."
Baca Juga
Aysegul Baybars, Menteri Dalam Negeri di Siprus utara, mengatakan kepada televisi CNN-Turki, bahwa pihak berwenang sedang menyelidiki apakah cuaca buruk, sabotase, atau faktor lain yang menyebabkan kapal tenggelam. Dia juga mengatakan pihak berwenang tidak tahu rute pelayaran armada tersebut.
Peristiwa terbaliknya kapal tersebut terjadi sekitar 16 mil (26 kilometer) di utara Semenanjung Karpas, Siprus. Akan tetapi, belum jelas diketahui kapan pastinya terjadi insiden tersebut.
Sementara itu, ribuan imigran dilaporkan kerap mencoba menyeberangi Laut Mediterania dari Afrika Utara sejak tahun lalu. Banyak pihak menilai pelayaran tersebut sangat berbahaya karena biasanya dilakukan dalam kondisi kapal tidak layak dan penuh sesak.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IMO) --yang berada di bawah naungan PBB-- mengatakan sebelum insiden di Siprus ini, sebanyak 1.443 orang telah meninggal atau hilang dalam rute penyeberangan di Laut Mediterania hingga 15 Juli lalu.
Â
Simak video pilihan berikut:
Perseteruan Italia dan Kelompok Bantuan Kemanusiaan
Sementara itu, pemerintah Italia tengah berseteru dengan beberapa kelompok bantuan kemanusiaan yang berpatroli mencari imigran dalam kondisi bahaya di perairan Mediterania.
Salah satu insiden yang belum lama terjadi adalah ketika otoritas Negeri Pizza menolak izin berlabuh kapal penyelamat, yang disewa oleh organisasi kemanusiaan asal Spanyol, Proactiva Open Arms, pada Selasa 17 Juli.
Menurut salah seorang juru bicara pemerintahan Spanyol, kapal tersebut akhirnya dialihkan rute pelayarannya ke arah barat, yang memakan waktu paling cepat tiga hari sampai ke pelabuhan Palma de Mallorca.
Italia sebelumnya kerap dijadikan tempat transit utama para imigran yang hendak mencari suaka di negara-negara tuan rumah, seperti Jerman dan wilayah Skandinavia.
Namun, hal di atas tidak lagi bisa dilanjutkan pasca-keputusan Menteri Dalam Negeri Matteo Salvini yang melarang kapal penyelamat imigran berlabuh di Pelabuhan Sisillia, di mana menjadi rute terdekat dari titik keberangkatan di pesisir Libya.
Menteri Salvini telah menjanjikan kepada rakyat Italia untuk menghentikan arus masuk imigran di seluruh wilayah pesisirnya di Mediterania. Sebagai gantinya, Negeri Piza memberi bantuan kepada pemerintah Libya berupa pendirian pusat pemrosesan imigran, dengan tujuan meminimalisasi praktik perdagangan manusia.
Advertisement