Liputan6.com, Bangkok - Sebanyak 12 anggota tim sepak bola remaja Thailand beserta seorang pelatih, yang berhasil diselamatkan dari gua pada minggu lalu, kini telah dipersilahkan pulang dari rumah sakit.
Mereka pun kemudian hadir dalam sebuah konferensi pers yang digelar oleh otoritas Thailand pada Rabu, 18 Juli 2018, untuk menceritakan langsung pengalaman terjebak di dalam gua selama belasan hari.
Mengenakan seragam yang serasi, seluruh bocah laki-laki yang berusia 11-16 tahun itu tersenyum ramah, menceritakan kondisi ketika bertahan di dalam gua.
Advertisement
Dikutip dari Vox.com pada Kamis (19/7/2018), mereka menggambarkan tentang sulitnya menjaga pikiran dari makanan, agar tidak cepat menimbulkan rasa lapar. Satu-satunya yang mampu membuat mereka bertahan adalah dengan meminum tetesan air dari stalaktit di salah satu gua terlarang di Thailand itu.Â
"Saya tidak memiliki kekuatan sama sekali," kata Chanin Wibulroongreung, 11 tahun, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita BBC. "Saya tidak memikirkan makanan karena hanya membuat saya lebih lapar."
"Pengalamam ini mengajarkan saya untuk bersikap lebih sabar dan kuat," lanjut Wibulroongreung.
Baca Juga
Selain itu, para korban juga mengungkapkan beberapa rincian tentang cobaan yang belum pernah dilaporkan sebelumnya. Misalnya, bahwa sebelum ditemukan, mereka telah mencoba menggali jalan keluar.
Beberapa anak laki-laki juga mengatakan bahwa mereka tidak memberi tahu orangtua akan pergi ke gua, karena takut dilarang untuk mengikuti perjalanan tersebut.
Anak-anak juga berbicara tentang bagaimana mereka terus semangat bermain catur dengan anggota Angkatan Laut Thailand, sambil menunggu proses evakuasi berlanjut.
"(Marinir) Baitoey selalu menang dan dia adalah raja gua," kata salah seorang anak laki-laki.
Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat terbatas, dan terlebih dahulu diperiksa oleh tim psikiater yang ditunjuk pemerintah Thailand, untuk memastikan tidak membuat para bocah laki-laki tertekan.
Ditambahkan oleh Gubernur Provinsi Chiang Rai, Narongsak Osotthanakorn, konferensi pers tersebut akan menjadi satu-satunya sesi media yang dilakukan terhadap anggota tim sepak bola berjuluk Wild Boar itu.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
Korban Menyesal Pergi Tanpa Izin
Menurut laporan New York Times, anak-anak itu meminta maaf kepada keluarga mereka karena menyelinap ke dalam gua, yang diketahui sangat berbahaya selama musim hujan.
Seorang bocah laki-laki mengatakan bahwa dia tidak memberi tahu orangtuanya ketika hendak pergi ke gua Tham Luang, karena takut tidak diberi izin.
"Saya ingin meminta maaf kepada Ayah dan Ibu," kata Phanumas Saengdee (13), yang menceritakan bagaimana dia diam-diam membawa lampu senter di tasnya, sebelum pergi ke gua.
Di lain pihak, pelatih Ekapol Chantawong (25) mengatakan bahwa mereka mencoba menggali terowongan keluar ketika banjir memasuki gua. Ia ditemukan dalam kondisi paling lemah, karena memilih untuk memberikan seluruh persediaan makanannya kepada para anak didiknya.
Selama konferensi pers, Chantawong mengucapkan terima kasih kepada Saman Kunan, salah seorang anggota Angkatan Laut Kerajaan Thailand, yang meninggal saat mengirim tangki oksigen di tengah operasi penyelamata.
"Kami sangat berterima kasih kepada (almarhum) Saman yang mengorbankan hidupnya untuk menyelamatkan kami. Begitu mendengar berit itu, kami terkejut dan sedih, seperti ...... merasakan kesedihan yang tampak pada keluarganya," ujar Chantawong.
Advertisement
Menjadi Perhatian Global Selama Sepekan
Sepanjang pekan lalu, dunia menyaksikan tim sepak bola, yang dikenal dengan julukan Wild Boars, dibawa keluar dari jaringan gua yang sebagian dilanda banjir, di wilayah utara Thailand.
Setiap anak laki-laki diselamatkan dengan mengenakan masker penuh, dan dikawal oleh dua penyelam profesional. Mereka berhasil ditandu keluar dalam jangka waktu 3-4 jam, di mana menempuh jalur sejauh hampir empat kilometer.
Seluruh anggota tim sepak bola remaja beserta pelatihnya itu dilaporkan hilang selama sembilan hari sejak 23 Juni. Baru di hari kesepuluh, tepatnya pada 2 Juli, mereka ditemukan oleh dua penyelam Inggris yang terlibat dalam operasi pencarian.
Video tentang penemuan mereka melejitkan nama Adul Sam-on (14). Selain karena kemampuannya berbahasa Inggris yang mempermudah evakuasi, ia juga menjadi sorotan karena diketahui merupakan pengungsi Myanmar tanpa status kewarganegaraan.
Adul bersama dengan dua korban lainnya yang bernasib serupa, dijanjikan status kewarganegaraan oleh pemerintah Thailand, meski prosesnya masih belum diketahui secara pasti.
Setelah berhasil dievakuasi, seluruh korban kemudian dirawat di rumah sakit Chiang Rai Prachanukroh selama seminggu, untuk memastikan mereka tidak tertular penyakit saat berada di gua.
Seorang dokter pada konferensi pers itu mengatakan bahwa secara mental, mereka siap kembali ke keluarga dan menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.