Sukses

Sekjen PBB Serukan Israel dan Hamas Menahan Diri di Jalur Gaza

Sekretaris Jenderal PBB juga prihatin atas rangkaian eskalasi kekerasan dan konflik antara Israel-Palestina di Gaza dan area perbatasan.

Liputan6.com, New York - Sekretaris Jenderal PBB, dalam sebuah pernyataan, mengatakan sangat prihatin atas rangkaian eskalasi kekerasan dan konflik antara Israel-Palestina di Gaza dan Israel selatan, dekat perbatasan kedua wilayah.

Antonio Guterres juga menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri dan menghentikan berbagai tindakan yang memicu konflik.

"Saya menyerukan kepada Hamas dan militan Palestina lainnya untuk menghentikan peluncuran roket dan layang-layang api serta provokasi lain di sepanjang pagar perbatasan (Israel-Palestina di Gaza)," kata Guterres pada Sabtu 21 Juli 2018, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (22/7/2018).

Layang-layang api adalah layang-layang yang dipasang kain yang dibakar atau membawa bom molotov, kemudian diterbangkan ke wilayah Israel.

Di sisi lain, Guterres mengimbau agar "Israel menahan diri guna menghindari semakin memburuknya situasi."

Guterres selanjutnya mengatakan eskalasi ketegangan akan mengancam nyawa, memperburuk bencana kemanusiaan di Gaza, dan merusak dukungan untuk kembalinya Otoritas Palestina ke wilayah itu.

Pernyataan Guterres datang hanya beberapa jam setelah Hamas mengatakan mediator internasional telah memulihkan gencatan senjata antara Hamas dan Israel.

"Lewat upaya Mesir dan PBB, kami mencapai sebuah persetujuan untuk kembali ke keadaan sebelumnya yang tenang antara pendudukan Israel dan faksi Palestina," kata juru bicara Hamas Fawzi Barhoun.

Tetapi Israel tidak memberikan respons terkait gencatan senjata itu.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Israel dan Hamas Sepakati Gencatan Senjata di Jalur Gaza

Israel dan Hamas sepakat untuk meredakan ketegangan di Jalur Gaza, Palestina. Pernyataan ini diungkapkan oleh seorang juru bicara Hamas dan juru bicara militer Israel pada Jumat, 20 Juli 2018.

Dengan demikian, masyarakat yang tinggal di dekat perbatasan Jaur Gaza dapat kembali menjalankan rutinitas normal, menyusul rangkaian konflik dan kekerasan di daerah itu belakangan terakhir.

Sementara itu, Jerusalem Post menambahkan bahwa pada hari ini, kedua pihak juga sepakat untuk menghentikan pertikaian yang terus menerus meletus di Jalur Gaza. Menurut laporan, kelompok militan Hamas wilayah itu telah mengkonfirmasi kepada para mediator di Mesir atas kesediaan mereka untuk memulihkan keadaan.

"Upaya Mesir dan internasional telah memunculkan perdamaian di antara pertempuran yang melibatkan pasukan pendudukan (Israel) dan demonstran Palestina," ujar Barhum seperti dikutip dari Sputnik, Sabtu 21 Juli 2018.

Sebelumnya di hari yang sama, pasukan Israel melepaskan serangkaian serangan terhadap lebih dari 40 target militer Hamas di Jalur Gaza.

"Militer Israel mengatakan bahwa pesawat dan tanknya menargetkan 40 pos Hamas. Serangan ini merupakan bagian dari 'serangan berskala luas' untuk menanggapi baku tembak di Jalur Gaza," ucap Jonathan Conricus dari pihak Israel Defense Forces (IDF).

IDF juga mengatakan bahwa jet tempur dan tank mereka telah menghancurkan infrastruktur Hamas dan menyerang hampir 70 titik di daerah kantong itu.

Hamas tak tinggal diam. Mereka membalas dengan menembakkan tiga roket ke Israel, namun dua di antaranya berhasil dilumpuhkan oleh sistem pertahanan udara Iron Dome.

Sementara itu, seorang tentara Israel dilaporkan tertembak dan terluka parah selama "kegiatan operasional" di dekat Jalur Gaza selatan. Namun sayang, nyawanya tak tertolong.

Itulah yang diduga menjadi pemicu pembalasan dari IDF, sebab ia adalah tentara pertama yang dibunuh di Jalur Gaza sejak perang meletus pada 2014 antara Israel dan Hamas. Meski telah mengenakan rompi antipeluru ketika dia berada di medan pertempuran, tentara yang namanya tak disebutkan itu dinyatakan meninggal setelah dilarikan ke Soroka Medical Center, sebelah selatan Be'er Sheva.

Melalui akun Twitter resminya, IDF mengklaim bahwa militernya telah menghancurkan 25 lokasi yang menjadi target sasaran. Satu di antaranya adalah markas besar batalion Hamas di Khan Yunis.

Pada hari Jumat, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mendesak masyarakat internasional agar segera turun tangan untuk memadamkan eskalasi baru antara Israel dan Palestina di Jalur Gaza.

Menurut laporan Kementerian Kesehatan Jalur Gaza dan IDF, eskalasi hari Jumat menewaskan sedikitnya empat warga Palestina dan satu tentara Israel.