Liputan6.com, Harare - Presiden sementara Zimbabwe, Emmerson Mnangagwa menyerukan persatuan dan keadilan antar ras menjelang Pilpres 2018, dengan mengatakan kepada petani kulit putih bahwa tanah mereka tidak akan diambil oleh pemerintah.
Seruan itu merupakan bentuk autokritik terhadap pemerintahan Zimbabwe saat ini, di mana mereka masih memberlakukan kebijakan peninggalan mantan presiden Robert Mugabe yang melanggengkan penyitaan ratusan peternakan milik orang kulit putih.
Penyitaan itu dilakukan sebagai bentuk respons dari pemerintahan Mugabe terhadap sejarah kolonialisme dan tudingan praktik neokolonialisme kulit putih di Zimbabwe. Namun, berbagai pihak menilai, kebijakan kontroversial itu hanya diterapkan oleh Mugabe demi menarik simpati kelompok kulit hitam yang dominan di negara itu.
Advertisement
Penyitaan lahan milik warga kulit putih menyebabkan kejatuhan produksi pertanian Zimbabwe, memicu eksodus petani kulit putih yang terampil, dan mengakibatkan pengangguran yang meluas di antara buruh tani kulit hitam.
Tapi kini, Mnangagwa mengatakan kepada kerumunan kampanye politik di ibu kota Harare bahwa kebijakan kontroversial itu merupakan bagian dari 'masa lalu' Zimbabwe.
Baca Juga
"Kami harus berhenti berbicara tentang siapa yang memiliki peternakan dalam hal warna kulit ... Itu adalah tindak pidana," kata Mnangagwa seperti dikutip dari BBC, Minggu (22/7/2018).
"Seorang petani, apakah ia seorang petani kulit hitam atau seorang petani kulit putih, adalah seorang petani Zimbabwe," tambahnya.
Mnangagwa juga mengatakan bahwa pemerintahan yang lalu telah "buta ras" dan mengakui kegagalan atas kebijakan reformasi tanah yang kontroversial yang diterapkan pendahulunya.
Kampanye?
Seruan Emmerson Mnangagwa dinilai sebagai janji kampanye, sekaligus menarik simpati dari pemilih kulit putih jelang pemilihan presiden Zimbabwe yang bersejarah pada 30 Juli 2018 mendatang.
Itu akan menjadi pemilihan presiden pertama sejak presiden Robert Mugabe mengundurkan diri dari kekuasaan pada November 2017 --mengakhiri kekuasaannya selama 37 tahun.
Kala itu pengunduran diri Mugabe disampaikan Ketua Parlemen Zimbabwe, Jacob Mudenda di tengah sidang dewan yang membahas pemakzulan atau impeachment terhadap Mugabe, menyusul upaya kudeta yang dilakukan pihak militer.
Setelah digulingkan, Emmerson Mnangagwa disumpah menjadi presiden sementara, hingga pemilu Zimbabwe 2018 dilaksanakan untuk memilih presiden berjabatan tetap.
Mnangagwa sendiri memastikan maju dalam pemilu Zimbabwe 2018.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Mnangagwa Favorit?
Ada lebih dari 120 partai politik yang terdaftar untuk pemilu Zimbabwe akhir bulan ini, dan kemungkinan ada 23 kandidat presiden untuk dipilih pada pemungutan suara.
Emmerson Mnangagwa adalah favorit dalam setiap jajak pendapat, tetapi analis mengatakan dia juga memiliki musuh, yakni: pihak yang pernah menyusun rencana untuk menggulingkan Robert Mugabe dan kelompok pro-Mugabe sendiri --(meski Robert Mugabe tak maju dalam pemilu).
Di sisi lain, warga kulit putih Zimbabwe diprediksi akan memilih partai-partai oposisi seperti Movement for Democratic Change (MDC) yang berseberangan dengan Partai Zanu-PF yang dipimpin oleh Emmerson Mnangagwa.
Partai MDC dipimpin oleh Nelson Chamissa (40) seorang pengacara dan pendeta yang naik ke puncak partai pada bulan Februari 2018.
Dia sangat populer, terutama di kalangan muda dan pengangguran, dan akan menjadi presiden termuda di negara itu jika terpilih.
Suara pemuda diprediksi menjadi faktor penentu. Lebih dari separuh penduduk Zimbabwe kini berusia di bawah 25 tahun dan sekitar 43,5 persen pemilih terdaftar berusia di bawah 35 tahun.
Advertisement