Sukses

Heboh Petisi 'Minum Cairan Terkutuk' dari Sarkofagus Misterius Granit Hitam di Mesir

Ribuan orang menandatangani petisi untuk 'meminum cairan merah' dari sarkofagus misterius berusia 2.000 tahun yang ditemukan di Alexandria, Mesir. Untuk apa?

Liputan6.com, Alexanderia - Ribuan orang telah menandatangani petisi untuk meminum cairan merah yang terdapat di dalam sarkofagus granit hitam. Peti mati purbakala tersebut ditemukan di Alexandria, Mesir, pada pertengahan Juli ini.

Sejumlah spekulasi terkait isi sarkofagus berusia sekitar 2.000 tahun itu sempat mengemuk, hingga akhirnya dibuka oleh tim arkeolog dari Kementerian Barang Antik dan Benda Kuno Mesir pekan kemarin.

Proses pembukaan itu sempat dilarang oleh sejumlah pihak karena dianggap menyimpan kutukan yang mengerikan. Mereka meyakini bahwa isi peti mati raksasa itu berisi jasad Raja Alexander.

Misteri isi sarkofagus itu akhirnya berhasil dipecahkan oleh para arkeolog. Ketika dibuka, mereka menemukan tiga kerangka manusia yang terendam cairan berwarna kecoklatan seperti limbah.

Cairan tersebut disinyalir mengalir masuk dari parit yang dibangun di sekitar situs, demikian kata kementerian terkait. Itulah yang mungkin menyebabkan mumi membusuk dan hanya meninggalkan kerangkanya saja.

Tiga kerangka dan limbah cair ditemukan di dalam sarkofagus tersebut. Tulang belulang itu diyakini sebagai perwira tentara Mesir kuno. (Foto: Kementerian Barang Antik dan Benda Kuno Mesir)

Ketiga kerangka diduga berasal dari jasad para perwira tentara Mesir kuno pada zaman Firaun. Salah satu kerangka menunjukkan adanya luka akibat tertikam busur panah. Besar kemungkinan mereka gugur dalam pertempuran. Meski demikian, usia kerangka tidak diketahui.

Berdasarkan penemuan baru itu, sebuah petisi dibuat. Ribuan orang telah menandatanganinya. Dalam petisi tersebut tertulis bahwa mereka ingin meminum cairan yang ditemukan di dalam sarkofagus.

"Kita harus meminum cairan merah dari sarkofagus hitam terkutuk itu, dalam bentuk semacam minuman energi berkarbonasi, sehingga kita dapat mengasumsikan kekuatannya dan akhirnya mati," bunyi petisi tersebut, seperti dikutip dari The Independent, Senin (23/7/2018).

Beberapa di antaranya bahkan berharap bahwa di dalam sarkofagus berukuran 2,7 x 1,5 x 1,8 meter itu terbaring mumi Raja Alexander Agung, mengingat ketika pertama digali, peti mati tersebut berada di samping patung kepala alabaster --batu mineral yang lembut, sering digunakan untuk mengukir dan diproses untuk bubuk plester.

Sekilas, pahatan artefak ini memang terlihat menyerupai Alexander Agung, meski para ahli telah mengungkapkan faktanya. Lagipula, jenazah sang raja tidak pernah ditemukan. Konon, ia sendiri meminta kepada para pengikutnya untuk membuang jasadnya ke sungai Eufrat.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Misteri Baru

Pembukaan sarkofagus berbobot 27 ton itu menciptakan serangkaian misteri baru bagi para ahli.

Sebuah tanda tanya besar muncul di benaak mereka: Siapa ketiga orang yang dimakamkan di dalamnya? Kapan tepatnya mereka hidup? Apa yang menyebabkan mereka terbunuh? Mengapa mereka dikubur dalam sarkofagus yang dibuat dari granit hitam? Apa saja yang dikuburkan? Bagaimana limbah cair bisa masuk ke sarkofagus?

Setelah kematian Alexander Agung pada tahun 323 SM, beberapa firaun keturunannya memerintah Mesir selama berabad-abad. Setelah firaun terakhir, Cleopatra VII, bunuh diri pada 30 SM, Kekaisaran Romawi mengambil alih Mesir.

Para firaun ini terlibat dalam berbagai perang dan konflik, dan mungkin saja ketiga kerangka yang ditemukan dalam sarkofagus itu terbunuh dalam salah satu peperangan.

Salah satu kerangka bahkan menunjukkan tanda-tanda luka akibat tertikam busur panah. Besar kemungkinan mereka gugur dalam pertempuran. Meski demikian, usia kerangka tersebut tidak diketahui.

Mengapa tiga kerangka itu dikubur dalam sarkofagus yang begitu besar? Waziri mengatakan bahwa pihaknya pun masih mencari tahu. Di era Mesir kuno, tidak ada sejarahnya sebuah sarkopagus bisa digunakan kembali. Dengan kata lain, jasad mantan penghuninya dibuang dan digantikan penghuni baru.

"Apa yang terjadi dengan sarkofagus ini masih kami selidiki," ungkap Waziri.

Usai dibuka, sarkofagus itu dipindahkan ke Alexandria National Museum untuk konservasi dan studi lebih lanjut.