Liputan6.com, Bangkok - Tim sepak bola remaja Wild Boars, yang sempat terperangkap di Gua Tham Luang, Provinsi Chiang Rai, Thailand utara, menjalani ritual "buang sial" pada Selasa, 24 Juli 2018.
Dalam upacara pentahbisan (penyucian) ala umat Buddha ini, sebelas anak-laki-laki dicukur habis rambutnya oleh para biksu. Sedangkan satu anak lainnya tidak diikutsertakan karena ia adalah seorang Kristiani.
Advertisement
Dengan mengenakan jubah putih, mereka berkumpul di Kuil Wat Pha That Doi Wao di Distrik Mae Sai, Thailand utara. Lalu mereka menyalakan lilin kuning.
Sembari duduk di lantai biara, kepala mereka muai digunduli oleh para biksu kuil tersebut. Terlihat nampan yang berisi manisan, buah-buahan dan minuman manis ditempatkan di depan arca Buddha yang dibungkus kain berwarna emas mengilap.
Salah satu ibu 'anak gua' mengatakan, tujuan upacara itu juga untuk menenangkan roh-roh setempat dan makhluk suci yang diyakini melindungi situs gunung dekat Gua Tham Luang dan penduduk yang tinggal di utara.
"Ini adalah sesuatu yang telah kami pikirkan sejak mereka keluar dari gua. Sekarang adalah waktunya," kata Aisha Wiboonrungrueang, ibunda Chanin, mengatakan kepada AFP dan dikutip oleh Bangkok Post, Rabu (25/7/2018).
Setelah upacara selesai dilakukan, kesebelas remaja tersebut harus mempersiapkan diri untuk hidup sebagai biksu pemula dan tinggal di biara selama sembilan hari, terhitung sejak 27 Juli hingga 4 Agustus.
Selain bermeditasi, mereka akan melakukan kegiatan selayaknya seorang biksu seperti berdoa dan membersihkan kuil. Lama waktu yang akan mereka habiskan untuk melakukan hal ini, sembilan hari,sesuai dengan angka keberuntungan Thailand.
Selain menyucikan diri, ritual ini juga dimaksudkan untuk menghormati mantan penyelam Angkatan Laut Thailand SEAL, Saman Kunan, yang meninggal saat memasang tangki oksigen di sepanjang rute penyelamatan.
Â
Saksikan videonya berikut ini:
Â
Diajarkan Meditasi oleh Sang Pelatih
Sementara itu, sang pelatih Ekkapol "Ake" Chantawong juga akan menjalani kebhikkhuan (masa-masa sebagai biksu) dengan waktu yang sama, tapi beda tingkatan karena ia sudah dewasa -- umur 25 tahun.
Sedangkan satu pemain yang tidak ikut serta dalam ritual, Adul Sam-on, terlihat hadir di tengah upacara tersebut, tetapi tidak ditahbiskan karena ia adalah seorang umat Kristiani.
Ake sebelumnya pernah menjalankan ritual semacam ini sewaktu ia masih remaja dan menjadi biksu pemula. Meskipun ia dihujani kritik pedas karena membawa anak-anak itu ke dalam gua, para orangtua percaya bahwa ia telah membantu putra-putra mereka untuk melalui cobaan tersebut.
Ake mampu mengajarkan kepada adik-adik asuhannya teknik meditasi. Inilah yang membantu mereka tetap tenang ketika berada di dalam gua yang sempit dan minim oksigen.
Thailand adalah negara dengan mayoritas penduduk beragama Buddha. Terkadang para warga sekitar memadukan ajaran-ajaran agama dengan ritual dan tradisi daerah.
Pihak berwenang mengimbau kepada awak media agar memberikan waktu untuk para "anak gua" yang sedang menyesuaikan diri dengan kehidupan baru mereka. Namun, kisah Wild Boars sangat menyita perhatian publik, baik di dalam maupun luar negeri.
Seperti misal pengungkapan seorang siswa berusia 11 tahun asal Bangkok ini, Chinnakorn Kuadchaiyaphum. Ia bahkan rela menempuh perjalanan jauh dari rumahnya ke kuil demi menyaksikan langsung ritual buang sial dan tim sepak bola Wild Boars.
"Saya datang ke sini untuk melihat mereka... saya mengagumi mereka karena mereka sangat kuat. Mereka mampu bertahan di dalam gua selama beberapa hari," katanya kepada AFP.
Advertisement