Liputan6.com, Islamabad - Penghitungan pemilu Pakistan 2018 telah bergulir, menunjukkan keunggulan bagi partai oposisi, Pakistan Tehreek-i-Insaf (PTI) yang dipimpin oleh eks atlet kriket Imran Khan.
Komisi Pemilu Pakistan baru menghitung perolehan pada lebih dari 42 persen total tempat pemungutan suara. Dari penghitungan itu, PTI berhasil unggul di 113 konstituensi dari total 272 (angka itu juga merupakan jumlah kursi di parlemen Pakistan), menurut surat kabar Dawn, seperti dikutip dari BBC, Kamis (26/7/2018).
Sementara itu, lembaga independen yang melakukan hitung cepat pemilu memprediksi keunggulan bagi partai yang dipimpin Imran Khan.
Advertisement
Pendukung PTI di Lahore, Provinsi Punjab --salah satu kantung suara terbesar di Pakistan-- turun ke jalan untuk merayakan hasil tersebut. Hasil hitung sementara menunjukkan bahwa PTI unggul di Lahore dan beberapa wilayah lain di Provinsi Punjab. Al Jazeera melaporkan.
Namun, lembaga indepenenden hitung cepat memprediksi bahwa PTI tak akan unggul secara mayoritas. Oleh karenanya, berbagai pihak memperkirakan bahwa PTI harus membentuk aliansi dengan sejumlah partai lain di parlemen guna menyokong status mayoritas mereka di Majelis Nasional Pakistan.
Dengan sistem pemerintahan parlementer, pemilu Pakistan 2018 merupakan ajang bagi sekitar 3.459 kandidat parlemen yang mewakili 100 partai politik untuk memperebutkan total 272 kursi di Majelis Nasional Pakistan.
Dari total 272 kursi, enam puluh kursi disisihkan untuk perempuan dan 10 di antaranya untuk kelompok agama minoritas, termasuk Hindu.
Setelah seluruh kursi parlemen terisi, para wakil rakyat tersebut akan melaksanakan konsolidasi dan pemilihan perdana menteri. Kuat diprediksi, pemimpin partai yang memenangi suara mayoritas pada pemilu akan menjadi perdana menteri baru Pakistan.
Baca Juga
Indikasi Kecurangan?
Pesaing terdekat PTI, partai Pakistan Muslim-League-Nawaz (PML-N), menyangsikan hasil tersebut dan menuduh bahwa Imran Khan Cs melakukan praktik kecurangan pada pemilu --yang mana dibantah oleh pihak Pakistan Tehreek-i-Insaf.
"Kami menolak hasil tersebut," pemimpin PML-N, Shahbaz Sharif --adik mantan PM Nawaz Sharif-- mengkritik hasil pemilu dalam sebuah konferensi pers.
"Kami akan melakukan segala opsi politik dan hukum demi menunjukkan adanya ketimpangan pada hasil tersebut. Ini jelas ada sebuah kecurangan dan mendasarkan kesimpulan akhir pada hasil tersebut akan memberikan kerugian besar bagi negara," tambahnya melalui Twitter.
Berbagai pihak memang mencatat adanya keterlambatan dari pihak Komisi Pemilu Pakistan untuk merilis total suara. Padahal, lembaga tersebut diharapkan untuk mengumumkan hasil akhir sesegera mungkin.
Hal itu juga menjadi salah satu dasar alasan PML-N mengkritik hasil hitung pemilu. Keterlambatan tersebut, menurut PML-N, mengindikasikan adanya praktik kecurangan.
Setelah pemungutan suara ditutup pada hari Rabu 25 Juli malam, beberapa kelompok politik menuduh bahwa kecurangan suara sedang terjadi di tempat pemungutan suara - sesuatu yang ditolak oleh para pejabat Komisi Pemilu.
Perwakilan dari beberapa pihak mengatakan, atase pemantau tempat pemungutan suara mereka diusir dari lokasi selama penghitungan suara dan tak diberikan salinan hasil akhir -- sebuah tindakan yang melanggar prosedur.
Analis juga menyoroti penundaan yang tidak biasa dalam pengumuman hasil tidak resmi di lusinan konstituen, terutama di provinsi penting seperti Punjab --yang secara tradisional telah menjadi basis kantung suara PML-N.
Di sisi lain, pihak Komisi Pemilu Pakistan membantah tuduhan yang dilontarkan PML-N. Keterlambatan untuk mengumumkan hasil hitung akhir adalah semata-mata karena adanya kesalahan teknis sistem penghitungan, sehingga membuat petugas harus merangkum suara secara manual, kata Komisi Pemilu Pakistan.
Indikasi kecurangan telah mencuat sejak sebelum pemilu bergulir. Beberapa pihak, terutama pesaing Imran Khan dan PTI, menuduh adanya campur tangan dari sejumlah instansi pemerintah --termasuk militer-- pada proses pemilu, demi menguntungkan Pakistan Tehreek-i-Insaf.
Namun, pihak instansi pemerintah Pakistan yang dituduh, membantah adanya campur tangan mereka dalam pemilu.
Â
Simak video pilihan berikut:
Persaingan Ketat
Berbagai polling telah memprediksi persaingan ketat antara dua kubu utama.
Persaingan itu melibatkan partai Tehreek-e-Insaf Justice Party (PTI) yang dipimpin eks atlet kriket Imran Khan, dengan partai Pakistan Muslim-League-Nawaz (PML-N) yang dipimpin oleh Shabahz Sharif, adik mantan perdana menteri Nawaz Sharif--yang saat ini berstatus sebagai terdakwa kasus korupsi dan mendekam di penjara.
Jelang pemungutan suara, citra Imran Khan sempat dicemari dugaan kedekatannya dengan pihak militer Pakistan. Militer pun juga diduga memberikan dukungan di balik layar atas pelbagai kampanye Imran.
Dugaan kedekatan militer dengan Imran Khan menuai reaksi negatif bagi sejumlah pemilih. Karena, hal itu membangkitkan kembali memori kelam atas pemerintahan militeristik di Pakistan selama 71 tahun.
Imran telah berulang kali membantah tudingan bahwa ia didukung oleh militer dan mengutuk kandidat yang memanfaatkan isu tersebut untuk mencoreng jejak kampanyenya.
Terlepas dari hal tersebut, pelbagai hasil polling sempat menunjukkan bahwa Imran dan PTI mampu memenangi pemilu --meski harus bersaing ketat dengan Shabahz Sharif dan PML-N.
Shabahz, yang mengisi kekosongan kursi kepemimpinan PML-N menyusul terpenjaranya Nawaz, telah berhasil menarik simpati sejumlah besar pemilih jelang pemilu. Seperti dikutip dari Sky News, beberapa polling menyebut bahwa Shabahz dan PML-N "mengalami lonjakan dukungan dari rakyat".
Berbicara soal terpenjaranya Nawaz yang terjadi beberapa pekan sebelum pemilihan, pihak PML-N menyebut hal itu sebagai sebuah bentuk upaya untuk mengebiri kekuatan politik partai.
"Namun, kami tetap tahan banting (untuk menghadapi pemilu)," kata Shabahz, seperti dikutip dari Sky News.
Di samping kedua kubu tersebut, ada kubu ketiga yang digadang-gadang sebagai kuda hitam, yakni partai Pakistan People's Party (PPP) yang dipimpin Bilawal Bhutto Zardari.
Bilawal merupakan anak dari pasangan suami istri mantan Perdana Menteri Pakistan, mendiang Benazir Bhutto dan mantan presiden ke-11 Pakistan Asif Ali Zardari. Atas fakta itu, berbagai pengamat memprediksi bahwa Bilawal dan PPP akan mampu mendulang cukup banyak suara untuk mengamankan sejumlah kursi di parlemen.
Advertisement