Sukses

Menlu AS Sebut Kim Jong-un Masih Produksi Senjata Nuklir, Ingkar Denuklirisasi Penuh?

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa pemerintahan Kim Jong-un masih memproduksi senjata nuklir yang berbahaya.

Liputan6.com, Washington DC - Dalam sebuah rapat dengar pendapat di hadapan Senat Amerika Serikat (AS), Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan bahwa Korea Utara masih memproduksi bahan fisik untuk pembuatan senjata nuklir.

Padahal, menurut dia, Kim Jong-un telah menyatakan komitmen denuklirisasi penuh, yang disampaikan ketika melakukan agenda pertemuan bersejarah dengan Presiden Donald Trump pada 12 Juni lalu.

Namun, sebagaimana dikutip dari News.com.au pada Kamis (26/7/2018), Pompeo menolak menjawab pertanyaan tentang kelanjutan program rudal balistik kapal selam Korea Utara. Ia juga tidak berkenan menanggapi apakah pemerintahan Kim Jong-un menunjukkan keberhasilan baru dalam proyek nuklirnya.

Pompeo mengatakan bahwa ia akan dengan senang hati menjawab pertanyaan yang terakhir diajukan, tapi dalam konteks pembicaraan rahasia. Ia beralasan bahwa jika hal tersebut disampaikan ke publik, maka berisiko merusak "negosiasi rumit yang telah berjalan".

Ia menambahkan bahwa pembicaraan antara donald Trump dan Kim Jong-un di Singapura, adalah hal yang belum pernah terjadi sebelumnya, di mana kedua negara seringkali bersikap skeptis satu sama lain, dan memicu ancaman ketegangan di Semenanjung Korea pasca-gencatan senjata pada 1953 silam.

Dijelaskan oleh Pompeo bahwa AS terlibat dalam "diplomasi pasien" untuk membujuk Korea Utara menghentikan program senjata nuklirnya, dan tidak akan pergi tanpa hasil akhir.

Adapun mengenai hasil kunjungan terakhirnya ke Korea Utara pda 5-7 Juli lalu, Pompeo mengatakan bahwa ia dan Wakil Ketua Komite Pusat Partai Pekerja, Kim Yong-chol, sama-sama menekankan posisi kesepakatan denuklirisasi dalam "situasi produktif".

Ia juga mengatakan bahwa Presiden Donald Trump optimistis tentang prospek komitmen terkait, dan berharap Kim Jong-un menindaklanjutinya dengan iktikad baik.

Disebutkan pula bahwa kebijakan AS terhadap Korea Utara dipandu oleh prinsip yang dinyatakan Trump pada 17 Juli, bahwa "diplomasi dan keterlibatan lebih baik daripada konflik dan permusuhan".

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Tetap Dipandang Optimis

Sementara itu, Presiden Donald Trump memuji pertemuan puncaknya dengan Kim Jong-un sebagai sebuah keberhasilan.

Namun, beberapa waktu terakhir, presiden ke-45 AS itu sempat meragukan eksekusi Korea Utara dalam menghentikan program senjata nuklirnya, meski alasan untuk hal itu tidak disampaikan dengan jelas.

Di lain pihak, meski telah menyepakati komitmen tentang denuklirisasi, Korea Utara tidak merinci bagaimana hal tersebut dilaksanakan.

Selain itu, pemerintahan Kim Jong-un sempat menuduh AS melakukan negosiasi yang dilakukan seperti "interogasi oleh gangster", setelah Mike Pompeo kembali berkunjung ke Pyongyang pada awal Juli.

Menanggapi hal tersebut, Senat AS menekan Pompeo dengan pertanyaan seberapa jauh pencapaian kesepakatan denuklirisasi yang sebenarnya.

Pompeo menjawab bahwa kepemimpinan Korea Utara "menunjukkan mereka sepenuhnya memahami ruang lingkup pentingnya denuklirisasi."

Ketika diminta untuk merinci bukti yang dapat diverifikasi tentang kemajuan menuju denuklirisasi, Pompeo menyatakan: "Kami sedang membahas secara hati-hati semua hasil yang didapat sejauh ini."

Sebagai gantinya, Pompeo menunjukkan laporan terbaru dari sebuah kelompok peneliti AS, yang menunjukkan Pyongyang telah kembali membongkar fasilitas nuklirnya, yang didasarkan pada analisis citra satelit oleh situs web North 38.