Liputan6.com, Richmond - Seorang pria asal Virginia, Amerika Serikat menemukan seekor ular di dalam lubang klosetnya. Atas insiden mengejutkan ini, ia lalu mengunggah foto dan video mengenai penemuannya ke Facebook.
Dalam postingannya, lelaki bernama James Hooper itu mengatakan bahwa ia melihat ular itu menjulurkan kepalanya keluar dari toilet rumahnya di Virginia Beach. Ia curiga bahwa reptil berukuran kecil itu berenang melalui pipa pembuangan.
Advertisement
"Ketika saya melihat lidah ular itu, saya seperti, 'wow'," katanya seperti dikutip dari UPI, Kamis (26/7/2018).
"Saya beberapa kali melihat atau menemukan ular di halaman rumah, tapi tidak di toilet," imbuh Hooper saat diwawancara WTKR-TV.
Hooper dan teman sekamarnya, Kenny Spruill, mengikat tali di ujung pancing dan menggunakannya untuk memindahkan ular tersebut ke ember. Mereka pun segera melaporkan penemuan itu ke petugas pengaman binatang liar Virginia Beach Animal Control.
Menurut kabar, mereka sempat mengabaikan penemuan ular di toilet itu dan menganggap itu sebagai lelucon. Namun ketika mereka tiba di kediaman Hooper, mereka juga ikut tercengang.
"Saya tidak pernah ditelepon atau mendengar satu kasus tentang ular yang ditemukan di toilet," ungkap supervisor Virginia Beach Animal Control, Rebecca Franklin.
Ular itu kemudian diidentifikasi sebagai sanca bola (Python regius) milik seseorang. Usai diunggah di Facebook, binatang melata tersebut akhirnya bersatu kembali ke empunya. Sang pemilik mengatakan, ular itu telah hilang selama sekitar dua minggu.
Â
Saksikan video pilihan berikut ni:
Bayi Ular Ditemukan Terjebak di Dalam Batu Ambar Selama 99 Juta Tahun
Sementara itu pada 2016 lalu, fosil bayi ular ditemukan berada di dalam sebuah batu ambar (amber), yang terbentuk dari resin pohon yang lunak dan lengket. Ia terjebak di sana selama 99 juta tahun.
Ular tersebut diperkirakan menghuni wilayah yang kini menjadi bagian dari Myanmar selama zaman dinosaurus. Menurut ilmuwan, itu adalah temuan langka.
"Ini adalah fosil ular pertama yang kami temukan," kata Prof Michael Caldwell dari University of Alberta di Kanada kepada BBC News, seperti dikutip pada Kamis 18 Juli 2018.
Bayi ular tersebut hidup di sebuah hutan di Desa Hukawng, Myanmar selama Periode Cretaceous atau Periode Kapur. Ia diberi nama Xiaophis Myanmarensis -- yang menyandang nama penemunya Jia Xiao, seorang kolektor amber.
Jia Xiao membeli amber tersebut pada awal 2016. Saat melihat fitur hewan di dalamnya, ia mengira, itu adalah kelabang.
Namun, setelah mengamatinya di bawah kaca pembesar, ia berubah pikiran. Hewan itu, menurut Xiao, lebih mirip kadal yang bagian tubuhnya tak lengkap.
Karea sudah mengoleksi beberapa amber berisi kadal, ia tak menelitinya lebih lanjut. Suatu ketika, Xiao bepergian bersama keluarganya. Perempuan itu melihat sebuah karya seni indah dari kerangka ularkobra di bandara Hong Kong.
"Kerangka itu tampak seperti tulang-tulang di batu ambar milikku," itu yang terbesit dalam pikirannya kala itu, seperti dikutip dari Straits Times. "Mungkinkah kadal itu sejatinya ular?"
Sesampainya di rumahnya, di Kunming, Provinsi Yunnan, China barat daya, ia segera meneliti batu ambar koleksinya di bawah kaca pembesar.
Ia menemukan bahwa makhluk itu tidak memiliki kaki, dan fragmen kulit yang tersisa terlihat berbeda dengan cecak atau kadal.
Dengan hati yang berdebar, dia mengatakan kepada seorang rekan, yang kemudian menghubungi Xing Lida dari China University of Geosciences yang girang bukan kepalang saat mendapat informasi itu.
Ada juga batu ambar lain yang mengandung bagian kulit dari ular lain yang tubuhnya lebih besar, sekitar 60 hingga 70 cm. Belum jelas apakah kedua hewan purba itu berasal dari masa yang sama.
Dua ular tersebut terjebak dalam getah pohon, zat lengket yang dapat mengawetkan kulit, sisik, bulu, bulu atau bahkan makhluk secara utuh.
"Ini adalah lem super yang mengawetkan fosil," kata Prof Caldwell. "Batu ambar sangat unik. Apapun yang disentuhnya membeku dalam waktu di dalam resin yang mirip plastik."
Advertisement